Halaman

    Social Items

KEHEBATAN INTELIJEN KESULTANAN MATARAM

Ada kisah intelijen yang dibangun oleh Kerajaan mataram, yang masih melekat di benak sebagian warga yogya hingga hari ini. Kisah ini diceritakan secara turun temurun menjadi legenda. Kebenarannya masih banyak diperdebatkan, tetapi butuh keseriusan ahli sejarah untuk menelusurinya.

Sebagaimana kita ketahui, legenda bisa menjadi alat untuk menelusuri kebenaran sejarah, dengan dilengkapi bukti bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

KONTRAVERSI

Menurut Cerita dari kerajaan mataram ini,Jan Pieterszoon Coen tewas terbunuh dalam operasi intelijen Tentara Mataram di jaman Sultan Agung. Operasi intelijen dilakukan oleh Pasukan Rahasia dari Group “Dom Sumurup ing banyu” yang berarti “jarum menyelinap di dalam air”. Kepala dari Gubernur Jendral ini kemudian dibawa kepada Sultan Agung kemudian ditanam di salah satu tangga di pemakaman Raja Raja di Imogiri Bantul Yogyakarta.

Versi yang lain mengatakan bahwa Jan Pieterszoon Coen Wafat karena wabah kolera akibat sumber air utama mereka yaitu Sungai Ciliwung ditaburi racun oleh tentara Mataram. Kemudia Beliau dimakamkan secara megah di daerah prestisius yang sekarang menjadi lokasi Musium Wayang Jakarta.

OPERASI INTELJEN

Operasi Intelijen Kerajaan mataram terhadap Gubernur jendral VOC dimulai 1627 sebelum penyerbuan Tentara Mataram ke Batavia yang pertama. Operasi dipimpin oleh Komandan Telik Sandi (Intelijen) Raden Bagus Wonoboyo, yang dikenal sebagai Putra dari Ki Ageng Mangir. 

Raden Bagus melibatkan Putrinya Nyimas Utari Sanjayaningrum dan Mahmudin, seorang agen intelijen asal Samudra Pasai. Raden Bagus menggunakan putrinya dalam operasi ini karena memiliki kemampuan dalam operasi intelijen.

Nyimas Utari dan Mahmudin disusupkan ke Batavia melalui Aceh, sebagai saudagar. Sebagai sepasang Saudagar, mereka memilki kapal besar, yang kemudian disewa VOC untuk mengangkut meriam dari Madagaskar.

Dalam kisah selanjutnya, mereka kemudian dipercaya menjadi mitra dagang VOC dan berhasil menjalin hubungan yang sangat akrab dengan Istana, dianggap sahabat dan bergaul dengan Eva ment, istri Gubernur Jendral, dan anak anaknya.

GUBERNUR JENDRAL VOC TERBUNUH

Ketika terjadi penyerbuan Pasukan Mataram ke Batavia yang ke dua pada tahun 1629, di tengah kekacauan dan kepanikan akibat perang,Nyimas Utari berhasil menaburkan racun dalam minuman yang kemudian menewaskan Eva dan anak anaknya. Sedangkan Mahmudin menyelinap ke ruangan Jan Pieterszoon Coen dan membunuhnya.

Untuk membuktikan keberhasilan operasi, Nyimas Utari kemudian memotong kepala Coen, dan diserahkan kepada group pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Surotani yang kemudian membawa kepala Gubernur Jendral VOC ini ke Mataram lewat jalur utara Jawa.

Kepala Jan Pieterszoon Coen kemudian dimakamkan di anak tangga ke 716, yaitu tangga naik ke bukit tempat pemakaman Raja Raja di Imogiri Bantul Yogyakarta. Menanamkan Kepala Gubernur Jendral ini adalah bentuk dari penghinaan terhadapnya, karena akan selalu diinjak oleh orang orang yang akan berkunjung ke makam.

Nyimas Utari kemudian gugur dalam operasi inteljen ini karena terkena ledakan meriam yang ditembakkan tentara VOC. Beliau dimakamkan oleh suaminya Mahmudin di salah satu desa Keramat Tapos Bogor.

KEJANGGALAN VERSI BELANDA

Demi kepentingan politik, sejarah seringkali memiliki versi yang berbeda antara pihak yang berseberangan. Tentu Belanda tidak menyukai versi Mataram di mana Coen dipermalukan di anak tangga pemakaman raja raja Imogiri, dan lebih mempercayai cerita bahwa Gubernur VOC itu meninggal dunia karena wabah Kolera. Walaupun ada sedikit kejanggalan mengingat 3 hari sebelum meninggal beliau masih segar bugar.

Menurut De Graaf dalam bukunya Puncak kekuasaan Mataram dikatakan bahwa Jan Pieterszoon Coen terlhat dalam kondisi segar bugar ketika memeriksa pasukan untuk mempertahankan Batavia pada tanggal 17 September 1929. Kemudian pada malam hari tanggal 20 September 1629 beliau jatuh sakit dan dinyatakan meninggal malam itu juga jam 1 waktu setempat.

Versi belanda yang dikutip oleh Sejarawan Alwi Shahab dalam bukunya Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi mengatakan bahwa Jasad Coen dimakamkan di Balai Kota ( Sekarang adalah Museum Sejarah DKI di Taman Fatahillah) dan kemudia dipindahkan ke De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Tua Belanda yang sekaran menjadi Museum Wayang).



Tetapi menurut Arkeolog Chandrian Attahiyat, para arkeolog Belanda telah memastikan bahwa mereka tidak menemukan jasad berupa tulang belulang dalam penggalian di makam tersebut pada tahun 1939. Untuk medapatkan fakta yang adil, seharusnya juga dilakukan penggalian terhadap makam yang ada di anak tangga ke 716 di makam Imogori.

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com


KEHEBATAN INTELIJEN KESULTANAN MATARAM

KEHEBATAN INTELIJEN KESULTANAN MATARAM

Ada kisah intelijen yang dibangun oleh Kerajaan mataram, yang masih melekat di benak sebagian warga yogya hingga hari ini. Kisah ini diceritakan secara turun temurun menjadi legenda. Kebenarannya masih banyak diperdebatkan, tetapi butuh keseriusan ahli sejarah untuk menelusurinya.

Sebagaimana kita ketahui, legenda bisa menjadi alat untuk menelusuri kebenaran sejarah, dengan dilengkapi bukti bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

KONTRAVERSI

Menurut Cerita dari kerajaan mataram ini,Jan Pieterszoon Coen tewas terbunuh dalam operasi intelijen Tentara Mataram di jaman Sultan Agung. Operasi intelijen dilakukan oleh Pasukan Rahasia dari Group “Dom Sumurup ing banyu” yang berarti “jarum menyelinap di dalam air”. Kepala dari Gubernur Jendral ini kemudian dibawa kepada Sultan Agung kemudian ditanam di salah satu tangga di pemakaman Raja Raja di Imogiri Bantul Yogyakarta.

Versi yang lain mengatakan bahwa Jan Pieterszoon Coen Wafat karena wabah kolera akibat sumber air utama mereka yaitu Sungai Ciliwung ditaburi racun oleh tentara Mataram. Kemudia Beliau dimakamkan secara megah di daerah prestisius yang sekarang menjadi lokasi Musium Wayang Jakarta.

OPERASI INTELJEN

Operasi Intelijen Kerajaan mataram terhadap Gubernur jendral VOC dimulai 1627 sebelum penyerbuan Tentara Mataram ke Batavia yang pertama. Operasi dipimpin oleh Komandan Telik Sandi (Intelijen) Raden Bagus Wonoboyo, yang dikenal sebagai Putra dari Ki Ageng Mangir. 

Raden Bagus melibatkan Putrinya Nyimas Utari Sanjayaningrum dan Mahmudin, seorang agen intelijen asal Samudra Pasai. Raden Bagus menggunakan putrinya dalam operasi ini karena memiliki kemampuan dalam operasi intelijen.

Nyimas Utari dan Mahmudin disusupkan ke Batavia melalui Aceh, sebagai saudagar. Sebagai sepasang Saudagar, mereka memilki kapal besar, yang kemudian disewa VOC untuk mengangkut meriam dari Madagaskar.

Dalam kisah selanjutnya, mereka kemudian dipercaya menjadi mitra dagang VOC dan berhasil menjalin hubungan yang sangat akrab dengan Istana, dianggap sahabat dan bergaul dengan Eva ment, istri Gubernur Jendral, dan anak anaknya.

GUBERNUR JENDRAL VOC TERBUNUH

Ketika terjadi penyerbuan Pasukan Mataram ke Batavia yang ke dua pada tahun 1629, di tengah kekacauan dan kepanikan akibat perang,Nyimas Utari berhasil menaburkan racun dalam minuman yang kemudian menewaskan Eva dan anak anaknya. Sedangkan Mahmudin menyelinap ke ruangan Jan Pieterszoon Coen dan membunuhnya.

Untuk membuktikan keberhasilan operasi, Nyimas Utari kemudian memotong kepala Coen, dan diserahkan kepada group pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Surotani yang kemudian membawa kepala Gubernur Jendral VOC ini ke Mataram lewat jalur utara Jawa.

Kepala Jan Pieterszoon Coen kemudian dimakamkan di anak tangga ke 716, yaitu tangga naik ke bukit tempat pemakaman Raja Raja di Imogiri Bantul Yogyakarta. Menanamkan Kepala Gubernur Jendral ini adalah bentuk dari penghinaan terhadapnya, karena akan selalu diinjak oleh orang orang yang akan berkunjung ke makam.

Nyimas Utari kemudian gugur dalam operasi inteljen ini karena terkena ledakan meriam yang ditembakkan tentara VOC. Beliau dimakamkan oleh suaminya Mahmudin di salah satu desa Keramat Tapos Bogor.

KEJANGGALAN VERSI BELANDA

Demi kepentingan politik, sejarah seringkali memiliki versi yang berbeda antara pihak yang berseberangan. Tentu Belanda tidak menyukai versi Mataram di mana Coen dipermalukan di anak tangga pemakaman raja raja Imogiri, dan lebih mempercayai cerita bahwa Gubernur VOC itu meninggal dunia karena wabah Kolera. Walaupun ada sedikit kejanggalan mengingat 3 hari sebelum meninggal beliau masih segar bugar.

Menurut De Graaf dalam bukunya Puncak kekuasaan Mataram dikatakan bahwa Jan Pieterszoon Coen terlhat dalam kondisi segar bugar ketika memeriksa pasukan untuk mempertahankan Batavia pada tanggal 17 September 1929. Kemudian pada malam hari tanggal 20 September 1629 beliau jatuh sakit dan dinyatakan meninggal malam itu juga jam 1 waktu setempat.

Versi belanda yang dikutip oleh Sejarawan Alwi Shahab dalam bukunya Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi mengatakan bahwa Jasad Coen dimakamkan di Balai Kota ( Sekarang adalah Museum Sejarah DKI di Taman Fatahillah) dan kemudia dipindahkan ke De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Tua Belanda yang sekaran menjadi Museum Wayang).



Tetapi menurut Arkeolog Chandrian Attahiyat, para arkeolog Belanda telah memastikan bahwa mereka tidak menemukan jasad berupa tulang belulang dalam penggalian di makam tersebut pada tahun 1939. Untuk medapatkan fakta yang adil, seharusnya juga dilakukan penggalian terhadap makam yang ada di anak tangga ke 716 di makam Imogori.

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com


Tidak ada komentar