Perang Proxy & Kuda Troya
Jaman dahulu kala, ada kekuatan yang berusaha menggulingkan
kekuasaan Raja yang sah, dan memaksakan ideologi asing yang bertentangan
daengan iedeologi negaranya. Tetapi
kekuatan itu berhasil ditumpas, atas kerja sama pasukan tentara kerajaan (Bhayangkara) dan Rakyat. Salah satu dari pemimpin mereka dikabarkan bertekat,
bahwa dalam kehidupan sesudah ini (mereka percaya adanya reinkarnasi ideologi) akan membalas dendam, dan
menghidupkan kembali superioritas ideologinya.
Kemudian pada suatu masa sesudah itu, lahirlah seorang anak
yang dipercaya sebagai reinkarnasi dari sang pemimpin. Akibatnya, dia kemudian dipercaya sebagai
pemimpin gerakan. Akhirnya, dengan
bantuan negara lain yang juga memiliki kepentingan, dia kemudian didukung
menjadi seorang “Maha Patih” yang menguasai
pemerintahan.
Setelah birokrasi sudah dikuasai orang orang sang Maha
Patih, politik, hukum, parlemen,
moneter, dan tentu saja media. Semua menjadi
berjalan sesuai dengan rencana. Tetapi
ada 2 kekuatan besar yang belum bisa ditakhlukkannya.
Adanya 2 kekuatan besar itu membuat Sang Maha Patih tidak
berani menunjukkan jati dirinya. Mereka
menjulukinya 2 kekuatan besar itu dengan
nama Sepasang Naga Hijau. Memang beberapa kali dia memancing kekuatan lawannya dengan mengibarkan “bendera
“ dan jargon jargon politik
ideologinya. Tetapi dua kekuatan besar
itu tidak bisa dibaca ke mana arah dukungannya.
Naga hijau dari pedesaan sangatlah hebat. Jika mereka turun gunung, semua lawan pasti
dilibasnya. Dulu pernah ada serangan militer dari pasukan gabungan antar
negara, yang dipatahkan oleh kekuatan naga hijau dari pedesaan ini. Walaupun pasukan gabungan itu bersenjatakan
altreleri berat dan didukung kekuatan angkatan laut dan angkatan udara, mereka berhasil ditahan, dan 2 Tumenggung
mereka (Setingkat dengan Panglima Militer)
terbunuh di darat dan di udara.
Naga hijau yang satunya sangatlah sakti karena didukung
dengan persenjataan pamungkas dan latihan yang sangat ketat. Banyak negara besar yang telah merasakan sengatan
Naga hijau sakti ini setelah perang dunia ke 2 berakhir.
Kemudian untuk menakhlukkan kekuatan sang Naga Hijau dibuatlah manuver
politik. Naga hijau pedesaan dipancing
agar selalu “mendukung” kebijakan sang Maha Patih. Kelihatannya sang naga hijau ini patuh di
permukaannya. Tetapi pada level
kedalaman tertentu, banyak
anggotanya yang menyatakan keluar
barisan. Itulah sebabnya mereka dikurung
dengan strategi khusus yang susah
dijabarkan karena kerumitannya. Sebagai sandi , saya sebut dengan strategi “kebangsaan
semu”.
Dan untuk mengalahkan naga Hijau sakti, sang Maha Patih
mengganti beberapa pilar kekuatan naga hujau ini dengan orang orangnya
sendiri. Dalam Ilmu perang strratgi ini
dikenal dengan mengganti pilar dengan pilar kita sendiri.
PENYELUNDUPAN SENJATA SAKTI ATAS NAMA PERDANA MENTERI
Sampai pada suatu hari Panglima Bhayangkara yang sangat
setia kepada raja dan negara, mencium bau busuk pengkhianatan ini. Inteljennya
yang sangat akurat, membawa berita A1, yang mengendus adanya institusi non
Bhayangkara yang memasukkan 5000 senjata pamungkas ke dalam wilayah keajaan. Masuknya
senjata itu atas nama “perdana menteri”.
Panglima tidak mengatakan bahwa masuknya senjata itu di
tangan institusi non militer adalah atas perintah Perdana Menteri. Tetapi
Panglima mengatakan bahwa mereka mengatasnamakan “Perdana Menteri”.
PANGLIMA : MEREKA
AKAN SAYA BUAT NERINTIH, BUKAN HANYA
MENANGIS
Tidak Cuma sebatas itu, panglima bhayangkara juga berhasil
menyusupkan telik sandinya ke hulu hulu inti gerakan pengkhianatan. Disinyalir
beberapa anggota bhayangkara terlibat.
Beliau menjadi sangat marah, dan segera mengirimkan “pesan terbuka” agar diketahui musuh musuhnya. “Bahkan seorang Tumenggung pun akan saya buat
merinhtih, bukan hanya menangis, “kata panglima.”
Panglima Bhayangkara bersabda ,” Jika militer diseret ke
arah politik, selesai ini negarta. Ini adalah awal dari perkelahian, dan itu adalah asal dari kehancuran
negara. Jadi Apapun akan kami lakukan,
mohon doa restunya.”
Panglima Bhayangkara kerajaan juga mengatakabn,” Tidak boleh
ada satu pun institusi di luar militer yang memiliki senjata penghancur. Saya
serbu jika ada.”
Walaupun memanfaatkan Sang Maha Patih yang berbasis
ideologi, tetapi sesungguhnya bahaya utama dari kerajaan itu bukan dari
ideologi tersebut, karena ideologi itu sudah tidak laku di seluruh wilayah
kerajaan.
Masalah utamanya adalah serbuan dari Serigala serigala yang sejak
jaman dahulu ingin menguasai dunia. Sang Maha Patih hanya sebagai Proxy,
masuknya penjarah ke kerajaan. Sang
perdana menteri itu berfungsi sebagai “Kuda Troya” yang akan memasukkan
kekuatan musuh ke dalam kerajaan.
25 september 2017
Cerita fiksi dari khayalan penulis
Cerita fiksi dari khayalan penulis
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "Perang Proxy & Kuda Troya"