Belajar Dari Tuntuhnya Dinasti Han
BELAJAR DARI RUNTUHNYA DINASTI HAN
Di akhir kekuasaan dinasti han, para kasim menguasai
birokrasi di istana dan terlibat dalam kegiatan politik. Mereka mengambil kebijakan “atas nama
raja” yang merugikan rakyat. Akibatnya
negara menjadi kacau karena tidak ada kepastian hukum dan berbagai pemberontakan.
Pada tahun 189. Panglima tertinggi militer He Jin, kemudian
memerintahkan Dong Zhuo untuk memberantas “faksi kasim” yang menguasai istana.
Tetapi ketika melakukan diplomasi dengan para kasim, He jin terbunuh di dalam
istana.
Setelah membunuh raja dan Panglima angkatan Militer, Para
kasim berusaha melarikan diri, dan menyandera
“Kaisar Muda” karena istana sudah dikepung oleh pasukan Dong Zhuo. Tetapi gerakan mereka behasil dihadang oleh
Dong Zhuo dan para Kasim ditumpas habis.
Dengan terbunuhnya He jin, maka seluruh pasukan berada di
tangan Dong Zhuo. Maka Dong Zhuo merasa berkuasa dan kemudian menyandera Kaisar
Muda. Seniornya yang dianggap sebagai penghalang adalah ayah angkatnya
sendiri Ding Yuan. Kemudian dia memerintahkan anak angkatnya Lu
Bu untuk menghabisi Ding Yuan. Sehingga praktis, Dong Zhuo menjadi penguasa
kerajaan.
Pada tahun 190 Dong Zhuo memberhentikan Kaisar Muda dan
mengangkat Kaisar Xian sebagai “kaisar boneka” dan mengangkat dirinya sebagai
Perdana Menteri.
Dong Zhuo terlahir di Lintao. Pada waktu kecil beliau adalah
anak yang sopan dan baik. Dan ketika dewasa dan kuat, dia terlibat dalam
penimpasan pemberontakan terhadap dinasti han di Bingzhou. Dan karena penampilannya yang baik dan mengesankan, dia diberi hadiah 9000
gulungan sutra.
Tetapi saat Dongzhuo menjadi “perdana Menteri” yang sangat
berkuasa, beliau berlaku sangat kejam dan menindas rakyatnya. Dikabarkan dia pernah mengirim pasukan
kerajaan ke Yangcheng dan memerintahkan untuk memenggal seluruh penduduk laki
laki, dan merampok isi kota. Kemudian dia mengatakan bahwa pasukannya telah
mengalahkan pemberontak.
Akibat kekejamannya, maka muncullah pemberontakan yang
menyerang istana, sehingga dia memindahkan istananya ke Chang’an. Sebelum memindahkan istana, dia
membongkar makam raja raja sebelumnya dan mengambil harta yang terpendam
bersamanya dan membakar istana.
Setelah itu dia membunuh dengan kejam para pemberontak di
istananya. Dalam waktu 2 tahun saja, sudah ada sekitar seribu orang yang
dieksekusi atas perintahnya. Dia juga melakukan “kebodohan” dengan
memerintahkan semua patung dan lonceng dari perunggu untuk dilebur dijadikan
uang, sehingga terjadi inflasi besar besaran dan mata uang menjadi tidak berharga.
Kekejaman Dong Zhuo akhirnya membuat salah satu pejabat
istana bergerak untuk menghentikannya. Dengan strategi “wanita”
pejabat Wang Yung berhasil membujuk Putra angkat Dong zhuo, Lu Bu untuk
membunuh Dong Zhuo. Dong zhuo terbunuh
dan untuk sementara istana dikuasai Wang Yung, tetapi karena Wang yun bukan
ahli strategi, dengan mudah bisa dipukul balik oleh Fan Chou dan Li Jue,
pengikut Dong Zhuo.
Kemudain terjadilah pertempuran antara Wang Yung dengan anak
buah Dong Zhuo, dan mengakibatkan kekacauan yang berkepanjangan.
Singkat cerita, kemudian daratan china mengalami kekosongan
“kekuasaan” sehingga terjadi perang saudara.
Setelah mengalami berbagai peperangan dan konsolidasi akhirnya hanya ada
3 negara yang bersaing untuk menguasai daratan China. Masa peperangan antara
ketiga negara yaitu Kerajaan Wei, Wu dan Shu terjadi antara tahun 220 – 280,
dan menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda. Masa perebutan kekuaaan antar 3 negara itu dikenal sebagai Perang 3 negara (Sam Kok)
Mari kita belajar dari sejarah
Itulah sebabnya “para
kasim” yang menguasai istana tidak boleh mencengkeramkan kekuasaannya.
Para
“jendral” yang memiliki kekuasaan jangan coba coba memaksakan kekuasaannya.
Dan
para “petualang” jangan coba coba menggunakan
“gerakan insonstitusional” untuk menyelesaikan masalah negara.
Karena itu bisa memunculkan chaos yang akan
menimbulkan banyak korban dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkannya.
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "Belajar Dari Tuntuhnya Dinasti Han"