Halaman

    Social Items

STRATEGI KOTA KOSONG

Salah satu cara untuk melihat kekuatan pasukan adalah dengan melihat caranya berbaris. Pasukan yang  barisnya rapi adalah pasukan yang sangat tangguh dan susah dikalahkan.

Hal itu berkaitan dengan kekuatan manuver. Baris berbaris membutuhkan kedisiplinan yang tinggi, sehingga memudahkan pasukan untuk bergerak sesuai dengan rancana. Gerakan dari pasukan ini dikenal dengan manuver.

Sun Tzu berkata, bahwa pasukan yang tangguh itu seperti ular Shuai Ran, ular ganas yang hidup di Gunung Chang. Jika anda memukul kepalanya, ekornya akan menyerang anda. Jika anda menyerang ekornya, kepalanya akan menyerang anda. Dan jika anda memukul badannya, maka kepala dan ekornya akan menyerang anda.

Manuver seperti ular Shuai Ran membuat pasukan menjadi semakin tangguh pertahanannya dan susah dikalahkan. Kemudian, untuk bisa mengalahkan lawan, maka kita harus bisa membenturkan titik terkuat kita pada titik terlemah lawan.Ibarat perkelahian dalam bela diri, kita harus bisa memukulkan tangan kita ke muka lawan, bukannya memukulkan muka kita ke dengkul lawan.

Semua itu membutuhkan kekuatan manuver. Itulah sebabnya negara negara tertentu sering mengadakan parade militer untuk menunjukkan betapa tangguhya angkatan bersenjatanya. Dengan menunjukkan kekuatannya, maka lawan lawannya akan berpikir seribu kali untuk menyerangnya.

Mengadakan parade militer adalah salah satu strategi “yang”, yaitu memperlihatkan sesuatu yang “ada” terlihat “ada”. Memperlihatkan kekuatan militer yang dimilikinya dengan tujuan agar musuh segan dan tidak menyerangnya. Atau ketika berhadapan dengannya, musuh tidak melawan, tetapi akan menyerah dengan mudah.

Ada lagi  strategi “yang”, yang membutuhkan kecermatan yang sangat tinggi dalam penggunaannya. Strategi ini mengandalkan “ilusi” musuh untuk tidak mempercayai semua yang dilihatnya. Strategi ini mengandalkan pengetahuan psikologi manusia dan bagaimana manusia bereaksi terhadap sesuatu.

Contohnya adalah pertempuran antara Zuge Liang dengan Shima Yi.  Dengan berpura pura lemah, padahal memang benar benar lemah,  pasukan Shima Yi tidak berani menyerangnya. Padahal jika Shima Yi menyerang pasukan Zhuge Liang pada waktu itu, bisa dipastikan Zhuge Liang akan terkalahkan.

Ceritanya begini

Pada suatu hari pasukan Zhuge Liang menjaga kota Yang Ping, dan Zhuge Liang memerintahkan pasukan jendral Wei Yan untuk menyerang  pasukan  yang dipimpin oleh Shima Yi.  Rupanya Shima Yi menyusun strategi yang tidak terduga. Dengan menggunakan jalur lain, dia justru menyerang kota Yang Ping yang hanya punya sedikit pasukan.

Kota Yang Ping menjadi terancam dan Zhuge Liang terancam tertawan. Karena pasukan Wei Yan tidak mungkin ditarik ke Yang Ping dalam waktu singkat untuk membantu pasukan di Yang Ping yang sangat sedikit jumlahnya, maka terpaksa Zhuge Liang harus menghadapinya

Segera Zhuge Liang menyusun siasat untuk mengelabuhi lawannya. Semua tentaranya diminta untuk bersembunyi, semua bendera militer diturunkan, dan pintu gerbang kota dibiarkan terbuka lebar.

Ketika Shima Yi datang, dia melihat kota yang sepi seolah ditinggalkan oleh penduduknya. Yang terlihat hanya seorang tukang sapu yang sedang menyapu di sekitar pintu gerbang kota. Di atas tembok terlihat Zhuge Liang sedang memainkan kecapinya.

Shima Yi mendengarkan suara kecapi yang dimainan dengan sangat tenang menjadi curiga dengan “ketenangan” yang dia tahu bahwa itu ketenangan palsu.  Melihat reputasi Zhuge Liang yang sangat mahir dalam menggunakan strategi, Shima Yi tidak mau terjebak.  Dia tidak berani menyerang kota Yang Ping, sehingga pasukan Zhuge liang berhasil meloloskan diri.

Setelah pasukan Zhuge Liang menjauh setengah hari perjalanan, shima Yi Baru menyadarinya. Tetapi Pasukan Zhuge Liang sudah tidak mungkin dikejarnya lagi.

Strategi ini dipakai oleh Zhuge Liang karena secara psikologis dia tahu bahwa Shima Yi akan lebih mementingkan kehatihatian dibanding berspekulasi. Shima Yi selama ini lebih mementingkan keselamatan pasukannya daripada terjerumus ke dalam jebakan musuh. Itulah yang menyebabkan selama ini Shima Yi susah dikalahkan. Tetapi sifat itu pula yang menyebabkan dia kehilangan kesempatan untuk menangkap Zhuge Liang di Yang Ping.

Seperti pendapat Sun Tzu, mengetahui kondisi psikologis dari panglima musuh juga merupakan cara untuk mengalahkan lawan.

Strategi “yin” yang diterapkan oleh Zuge liang ini sangatlah riskan jika digunakan tanpa perhitungan yang matang.  Strategi ini mempertunjukkan kelemahan, di saat benar benar lemah, tetapi lawan mempersepsikannya sebagai siasat kita untuk menyembunyikan kekuatan.

Begawan Tung

Begawantung.blogspot.com

Strategi Kota Kosong

STRATEGI KOTA KOSONG

Salah satu cara untuk melihat kekuatan pasukan adalah dengan melihat caranya berbaris. Pasukan yang  barisnya rapi adalah pasukan yang sangat tangguh dan susah dikalahkan.

Hal itu berkaitan dengan kekuatan manuver. Baris berbaris membutuhkan kedisiplinan yang tinggi, sehingga memudahkan pasukan untuk bergerak sesuai dengan rancana. Gerakan dari pasukan ini dikenal dengan manuver.

Sun Tzu berkata, bahwa pasukan yang tangguh itu seperti ular Shuai Ran, ular ganas yang hidup di Gunung Chang. Jika anda memukul kepalanya, ekornya akan menyerang anda. Jika anda menyerang ekornya, kepalanya akan menyerang anda. Dan jika anda memukul badannya, maka kepala dan ekornya akan menyerang anda.

Manuver seperti ular Shuai Ran membuat pasukan menjadi semakin tangguh pertahanannya dan susah dikalahkan. Kemudian, untuk bisa mengalahkan lawan, maka kita harus bisa membenturkan titik terkuat kita pada titik terlemah lawan.Ibarat perkelahian dalam bela diri, kita harus bisa memukulkan tangan kita ke muka lawan, bukannya memukulkan muka kita ke dengkul lawan.

Semua itu membutuhkan kekuatan manuver. Itulah sebabnya negara negara tertentu sering mengadakan parade militer untuk menunjukkan betapa tangguhya angkatan bersenjatanya. Dengan menunjukkan kekuatannya, maka lawan lawannya akan berpikir seribu kali untuk menyerangnya.

Mengadakan parade militer adalah salah satu strategi “yang”, yaitu memperlihatkan sesuatu yang “ada” terlihat “ada”. Memperlihatkan kekuatan militer yang dimilikinya dengan tujuan agar musuh segan dan tidak menyerangnya. Atau ketika berhadapan dengannya, musuh tidak melawan, tetapi akan menyerah dengan mudah.

Ada lagi  strategi “yang”, yang membutuhkan kecermatan yang sangat tinggi dalam penggunaannya. Strategi ini mengandalkan “ilusi” musuh untuk tidak mempercayai semua yang dilihatnya. Strategi ini mengandalkan pengetahuan psikologi manusia dan bagaimana manusia bereaksi terhadap sesuatu.

Contohnya adalah pertempuran antara Zuge Liang dengan Shima Yi.  Dengan berpura pura lemah, padahal memang benar benar lemah,  pasukan Shima Yi tidak berani menyerangnya. Padahal jika Shima Yi menyerang pasukan Zhuge Liang pada waktu itu, bisa dipastikan Zhuge Liang akan terkalahkan.

Ceritanya begini

Pada suatu hari pasukan Zhuge Liang menjaga kota Yang Ping, dan Zhuge Liang memerintahkan pasukan jendral Wei Yan untuk menyerang  pasukan  yang dipimpin oleh Shima Yi.  Rupanya Shima Yi menyusun strategi yang tidak terduga. Dengan menggunakan jalur lain, dia justru menyerang kota Yang Ping yang hanya punya sedikit pasukan.

Kota Yang Ping menjadi terancam dan Zhuge Liang terancam tertawan. Karena pasukan Wei Yan tidak mungkin ditarik ke Yang Ping dalam waktu singkat untuk membantu pasukan di Yang Ping yang sangat sedikit jumlahnya, maka terpaksa Zhuge Liang harus menghadapinya

Segera Zhuge Liang menyusun siasat untuk mengelabuhi lawannya. Semua tentaranya diminta untuk bersembunyi, semua bendera militer diturunkan, dan pintu gerbang kota dibiarkan terbuka lebar.

Ketika Shima Yi datang, dia melihat kota yang sepi seolah ditinggalkan oleh penduduknya. Yang terlihat hanya seorang tukang sapu yang sedang menyapu di sekitar pintu gerbang kota. Di atas tembok terlihat Zhuge Liang sedang memainkan kecapinya.

Shima Yi mendengarkan suara kecapi yang dimainan dengan sangat tenang menjadi curiga dengan “ketenangan” yang dia tahu bahwa itu ketenangan palsu.  Melihat reputasi Zhuge Liang yang sangat mahir dalam menggunakan strategi, Shima Yi tidak mau terjebak.  Dia tidak berani menyerang kota Yang Ping, sehingga pasukan Zhuge liang berhasil meloloskan diri.

Setelah pasukan Zhuge Liang menjauh setengah hari perjalanan, shima Yi Baru menyadarinya. Tetapi Pasukan Zhuge Liang sudah tidak mungkin dikejarnya lagi.

Strategi ini dipakai oleh Zhuge Liang karena secara psikologis dia tahu bahwa Shima Yi akan lebih mementingkan kehatihatian dibanding berspekulasi. Shima Yi selama ini lebih mementingkan keselamatan pasukannya daripada terjerumus ke dalam jebakan musuh. Itulah yang menyebabkan selama ini Shima Yi susah dikalahkan. Tetapi sifat itu pula yang menyebabkan dia kehilangan kesempatan untuk menangkap Zhuge Liang di Yang Ping.

Seperti pendapat Sun Tzu, mengetahui kondisi psikologis dari panglima musuh juga merupakan cara untuk mengalahkan lawan.

Strategi “yin” yang diterapkan oleh Zuge liang ini sangatlah riskan jika digunakan tanpa perhitungan yang matang.  Strategi ini mempertunjukkan kelemahan, di saat benar benar lemah, tetapi lawan mempersepsikannya sebagai siasat kita untuk menyembunyikan kekuatan.

Begawan Tung

Begawantung.blogspot.com

Tidak ada komentar