ISU DAN MEDIA


ISU DAN MEDIA


Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa isu isu yang bersedar di media seringkali dipicu dan “diadakan” oleh orang orang yan terlatih di bidangnya. Mereka memanfaatkan isu isu untuk berbagai kepentingan, mulai dari menciptakan opini, mengalihkan perhatian masyarakat, atau bisa juga mencari keuntungan financial.

Bagaimana cara seorang ahli media menyebarkan isu untuk kepentingannya? Seorang pakar media, Ryan holiday membocorkan aksi rahasia dalam bukunya “TRUST ME I’M LYING”.

Pada suatu hari, Ryan Holiday, mendapat “tugas” dari temanya Tucker Max untuk  “meledakkan”  koontraversi seputar film yang dibuat berdasar buku terlarisnya.  Setelah dilakukan berbagai trick rahasia terhadap media, segera film tersebut menuai “kehebohan” sehingga menarik banyak orang untuk menontonnya. Polulairitas film tersebut kemudian terdongkrak dengan cepat dan menghasilkan keuntungan yang sangat banyak.

Mula mula dia melakukan rekayasa dengan cara “mencoret coret” iklan tentang fim tersebut yang berada di salah satu sudut jalan di Los Angeles jam 2 dinihari.  Kemudian dia memotret “hasil karyanya” itu dari balik jendela mobil yang dikendarainya. Seolah oleh dia menemukan fenomena itu ketika sedang dalam perjalanan dan memotertnya dari dalam mobilnya.

Kemudian, setelah sampai di rumah, dia mengirim email ke 2 blogger terkenal dengan melampirkan foto foto tersebut. Tidak lupa dia menulis, “Saya melihat hal ini dalam perjalanan pulang  tadi malam. Kira kira letaknya ada di persimpangan jalan ke 3 dan Cresent Height. Senang mengetahui bahwa Los Angeles juga membenci  Tucker Max”.

Beberapa hari kemudian ribuan mahasiswa memprotes film tersebut.  Masyarakat bahkan mulai merusak papan papan iklan tentang film tersebut. Segera FoxNews.com memuat  berita tentang  reaksi keras masyarakat tersebut di halaman utamanya. New York Post juga memuat sebuat rubrik tentang  Tucker untuk pertama kalinya, dan otoritas Transportasi Chicago (Chicago Transtit Authority) melarang dan mencabut iklan iklan tentang  film itu dari bus bus mereka.

Dan puncaknya adalah dua Tajuk Rencana dari Whasington Post dan Chicago Tribune mengecam hanya 2 minggu semenjak film itu dirilis. Reaksi reaksi terhadap film tersebut demikian hebat, sehingga beberapa tahun kemudian, kisahnya dijadikan acara televise terkenal Portlandia di IFC.

Semua terlihat berjalan secara “alami”. Padahal Ryan memulainya dengan membuat iklan iklan, menyebarkannya dan kemudian mengirimkan “keluhannya” terhadap iklan iklan tersebut ke banyak blog. Dia juga memberitahu kalangan LGBT dan pembela hak perempuan di kampus kampus agar menggelar aksi untuk memprotes film tersebut, dan tentu saja akan diliput oleh media.

Dia juga membuat group pemboikot di Facebook, membuat cuitan cuitan bohong dengan akun palsu di twitter dan memberikan komentar komentar di berbagai media online dengan nama samaran.

Parahnya, dia juga mengarang cerita cerita palsu tentang perilaku Tucker ketika berada di lokasi syuting maupun di luar syuting dan mengirimkannya ke situs situs gossip yang dengan senang hati akan menyebarkannya.  

Dia juga memasang iklan iklan palsu anti perempuan di situs feminis dan anti agama di berbagai situs Kristen karena tahu, masing masing pasti akan menulis tentangnya.Terkadang dia juga mengedit iklan dengan Photosop sehingga menghasilkan iklan kontraversial yang desungguhnya tidak pernah ada.

Dan hebatnya, Ryan Holiday melakukan semua itu tanpa koneksi, tanpa banya uang dan tidak memanfaatkan tokoh tokoh terkenal. Dia hanya memanfaatkan para Blogger untuk menyebarkan “informasi rahasianya” ke seluruh dunia.

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com







Posting Komentar untuk "ISU DAN MEDIA"