STRATEGI YANG DIPAHAMI MUSUH BUKAN STRATEGI
STRATEGI YANG DIPAHAMI MUSUH BUKAN STRATEGI
Tahun 1989, terjadilah sesuatu yang saya anggap luar biasa,
ketika Seorang Gus yang masih sangat
muda bisa mengalahkan pengaruh mbah Kyai As’ad syamsul arifin yang sangat
dihormati di kalangan NU, bahkan disebut sebut sebagai seorang wali quthub.
Pada muktamar Nahdatul Ulama (NU) yang ke 27 bulan novenber 1989, Muktamirin
secara aklamai memilih kembali KH
Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum Tanfidziyah. Padahal kepemimpinan Gus Dur mendapat
tantangan hebat dari Kyai As’ad.
Mbah Kyai As’ad sangat kecewa
dengan Gus Dur selama 5 tahun memimpin NU karena dianggap kebablasan. Pemikiran
dan tidak tanduknya yang liberal dianggap telah keluar dari jalur aswaja (Ahli
sunah wal Jamaah). Bahkan di akhir muhtamar pendiri Pondok Pesantren Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo ini, dengan keras menyatakan dirinya mufaroqah (
memisahkan diri).
Pada waktu itu saya menganggap Gus
Dur sebagai sosok yang luar biasa karena “kesaktiannya” ini. Sebenarnya saya
masih Agak meragukan fakta yang saya saksikan dengan jelas di berbagai media
pada waktu itu. Budaya NU sangat mengedepankan kepatuhan pada pemimpinnya.
Menurut pandanganku pada waktu itu, sangat mustahil Gus Dur bisa mngalahkan
pengaruh Kyai besar yang sangat dihormati di semua kalangan ini. Itulah
sebabnya saya merasa heran dan takjub.
Pada suatu hari para pendekar
pencak silat IPSNU Pagar Nusa yang dipimpin oleh H. Suharbillah sowan ke
KH Khotib Umar, Pengasuh Pesantren Raudhatul Ulum Sumberwiringin, Sukowono,
Jember. KH
Khotib Umar adalah Ulama yang sangat
disegani di kalangangan Nahdliyin. Dihadapan mereka KH Kotib umar bercerita
bahwa beliau pernah bertanya kepada KH As’ad Syamsul Arifin mengenai masalah
mufaroqah nya terhadap kepemimpinan Gus Dur.
KH As’ad syamsul arifin berkata
kepada KH Khotib Umar, bahwa itu adalah strategi dalam menghadapi rezim Orde
Baru. Agar Gus Dur tidak dihabisi oleh Orde baru, maka beliau memusuhi Gus Dur.
Mufarokah bukan berarti benci Gus Dur, malah Kyai As’ad mengatakan bahwa ini
bearti dia mengasihi Gus Dur.
Strategi itu dinilai dari hasil dan
keefektifannya, bukan dari kenampakannya. Dan strategi yang hebat memang tidak
boleh terdeteksi. Itulah sebabnya siasat dari para pemimpin sering
disalahpahami. Hanya pemimpin yang tidak takut dihina dan dubully yang bisa melaksanakannya.
Saya banyak melihat strategi hebat
dari para pemimpin, justru menuai kecaman dan cercaan di sosial media. Sungguh
sangat ironis, seorang Kyai Besar yang hafal Al’Quran dan Hadis, dan ratusan
buku dengan akhlak yang mulia dibully oleh orang justru tidak berpengetahuan,
dan akhlak yang diragukan dilihat dari kata kata yang keluar dari tuliannya. Sedangkan strategi “bunuh diri” yang
membahayakan justru dipuja.
Di saat terjadi konflik, kita bisa
mengetahui, mana pemimpin yang berani atau pemimpin yang penakut. Kita bisa
mengetahui Pemimpin yang takut kehilangan muka dan pemimpin yang yakin dengan
strateginya. Kita bisa tahu pemimpin yang mencari muka dan pemimpin yang
mengedepankan kemenangan bagi umatnya.
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "STRATEGI YANG DIPAHAMI MUSUH BUKAN STRATEGI"