BELAJAR DARI BUYA HAMKA

BELAJAR DARI BUYA HAMKA

Ketika kembali dari Arab dalam rangka memperdalam ilmunya, semangat Prof.Dr. Hamka terhadap Islam sedang hebat hebatnya. Ketika itu dengan lantang beliau mengatakan bahwa Maulidan adalah haram karena merupakan bid’ah atau tidak ada tuntunannya. 

Orang yang membaca sholawat saat Asyraqalan (Mahallul qiyam) adalah bid’ah karena berlebih bebihan dan bukan atas petunjuk Rosulullah saw.

Bahkan dengan tegas beliau juga mengatakan bahwa do’a Qunut yang dilakukan pada sholat subuh juga termasuk bid’ah. Itulah sebabnya, ketika masih muda, beliau tidak pernah melakukan do’a qunut ketika melakukan sholat subuh.

Tetapi ketika Buya sudah sepuh, beliau justru berkenan untuk menghadiri acara Maulid Nabi ketika ada yang mengundangnya, Bahkan beliau terlihat sangat khusuk mengikuti ketika orang orang yang hadir membaca Naulid Al-Barzanji, dan ikut juga bersholawat ketika Mahallul Qiyam.

Dan ketika sudah sepuh, Buya Hamka juga mulai membaca Do’a Qunut dalam sholat subuhnya.

Tentu saja murid murid terkasihnya sangat heran, padahal dulu ketika masih muda Beliau sangat menentang acara acara seperti itu.
Kemudian dengan kearifannya sebagai seorang bapak beliau menjelaskan bahwa ketika masih muda, kitab yang dibacanya belum terlalu banyak. Dan ketika beliau membaca banyak kitab, beliau menyadari bahwa ilmu Islam itu sangatlah luas.

Diriwayatkan, ketika Buya Hamka ditanya mengapa sekarang membaca do’a Qunut dalam solat subuhnya, padahal dulu beliau tidak pernah melakukannya, beliau menjawab,” Dulu saya hanya membaca satu kitab. Sekarang saya sudah membaca seribu kitab”.

Semakin luas ilmu seseorang, semakin rendah hati karakternya. Luaskanlah ilmu kita, maka kita akan menghargai dan menghormati apapun pendapat dari orang lain. Sekonyol apapun pendapat seseorang, itu adalah “kebenaran” yang dilihat dari sudut pandang “pengetahuan” yang dimilikinya.

Demikian pula kebenaran yang kita yakini, itu berasal dari sudut pandang “pengetahuan” yan g kita miliki. Ketika pengetahuan anda meluas, maka semakin luas pula jendela tempat anda memandang dunia.

Banyak orang yang menghambat perluasan pengetahuannya, dengan berpegang teguh dengan “pengetahuan lamanya”. Itulah sebabnya mereka menjadi terhalang terhadap pengetahuan baru.

Itulah yang dinamakan BELENGGU PENGETAHUAN.

Begawan Tung





Posting Komentar untuk "BELAJAR DARI BUYA HAMKA"