BELENGGU DALAM PIKIRAN

BELENGGU DALAM PIKIRAN


Anda tentu sering keluar masuk pintu, yang menggunakan handle. Hanya dengan memutar handle ke kanan / searah jarum jam, tarik, maka pintu segera terbuka, Mudah bukan? Tetapi ketika arah handle untuk membuka pintu dirubah menjadi ke arah kiri atau berlawanan arah dengan jarum jam, maka kita akan mengalami kesulitan ketika akan membuka pintu.

Yang kita lakukan biasanya makin mengeraskan kekuatan tangan kita agar handle pintu bisa berputar ke kanan. Ada yang melakukannya sambil menggoyang goyang pintu, yang tentu tidak akan membuahkan hasil. Karena bukan itu solusinya. Solusinya adalah dengan merubah putaran arah handle menjadi ke kiri.

Tetapi karena pengetahuan anda selama ini mengatakan bahwa cara membuka pintu adalah dengan memutar handle ke arah kanan, maka hanya itu yang anda lakukan. Ini adalah contoh di mana pengetahuan menjadi penghambat dan halangan bagi anda untuk menghadapi dinamika kehidupan.

Contoh yang lain adalah pengetahuan tentang kehebatan antibiotik. Banyak dokter yang cenderung menggunaan antibiotik untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan bakteri, jamur maupun parasit. Padahal sudah ada teknologi yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh sekaligus menyeimbangkannya. Tentu saja  teknologi ini lebih aman dibanding antibiotik, dan tidak menimbulkan efek samping. Tetapi karena belum masuk dalam standar operasi (kecuali di Rusia) banyak dokter yang tidak mau menggunakannya.

Padahal penelitian terhadap teknologi ini sudah dilakukan selama 40 tahun lebih,dan berhasil mengatasi berbagai penyakit tanpa afek samping. Dan penelitian yang dilakukan sudah menghasilkan ribuan jurnal jurnal bertaraf internasional oleh para ilmuwan di 60 negara. Bahkan kemampuanya dalam meningkatkan kekebalan tubuh dengan aman, terbukti bisa mengatasi kanker dengan tingkat keberhasilan yang sangat signifikan. Dan kehandalannya itu mengundang pemerintah Federasi Rusia untuk menggunakannya di semua rumah sakit di Rusia, termasuk untuk menangani penderita HIV /AIDS.

Kejadian ini persis sama dengan kasus ketika Galileo mengatakan bahwa percepatan gravitasi bumi bersifat konstan. Ini berbeda dengan pendapat Aristoteles yag mengatakan bahwa dua benda yang beratnya berbeda akan jatuh ke permukaan bumi dalam waktu yang berbeda. Walaupun para profesor yang sangat terdidik dalam berpikir logis dan rasional menyaksikan sendiri kebenaran percobaan yang dilakukan oleh Galileo, mereka tetap menyangkal pendapat galileo dan Aristoteles tetap dipandang benar.

Perkenankan saya mengutip kalimat lucu dari Cak Nun, budayawan yang sangat dihormati di negeri kita. Jangan mentang mentang anda suka makan kelapa, terus sabut dan batoknya kamu makan juga..:)

Analoginya bisa kita bandingkan dengan kejadian kejadian yang sedang trend di negeri kita. Hanya gara gara dia baik di sisi tertentu, kesalahan kesalahannya yang sangat berat terhadap negaranya pun anda anggap tidak ada. Dan hanya karena dia dianggap buruk oleh “media” maka semua hal yang berkaitan dengan beliau anda cap buruk. 

Akhirnya apapun berita atau kabar yang tidak sesuai dengan “pengetahuan” kita segera kita tentang habis habisan. Berita yang mendukung  “pengetahuan” kita segera kita dukung tanpa berpikir panjang lagi.

Inilah yang disebut dengan “belenggu Pengetahuan”.Ketika “pengetahuan” membuat anda berpihak. Padahal ada pengetahuan pengetahuan lain yang seharusnya melengkapi khasanah pengetahuan anda. Sayangnya “pengetahuan” anda cenderung menghalangi anda mendapatkan pengetahuan baru.

Bagaimana jika “pengetahuan” anda sekarang terjadi karena rekayasa media?  

Mari kita belajar dari jatuhnya Presiden Chaves yang sangat dihormati oleh rakyatnya oleh “kudeta media” yang terjadi pada tanggal 12 april 2002.  Media mainstream di Venezuela sebelumnya “merekayasa berita” bahwa Chaves bertanggung jawab atas penembakan terhadap masa yang menentangnya. Rekayasa dilakukan dengan cara memanipulasi liputan demonstrasi pada tanggal 11 april untuk kepentingan menjatuhkan Presiden Chaves.

Bebas dari belenggu pengetahuan membuat kita bisa berpikir lebih jernih. Semoga di tahun 2019 nanti, ketika diadakan pemilihan untuk memilih presiden dan Legislatif, kita bisa menentuka pilihan terbaik kita. Bukan hanya mengandalkan “opini media”. Karena opini media bisa dibangun lewat rekayasa.  

Jika pembuat opini di media bermaksud jahat terhap bangsamu, maka mengikutinya menjadi sangat berbahaya.

Begawan Tung





Posting Komentar untuk "BELENGGU DALAM PIKIRAN"