TRANSENDEN
TRANSENDEN
Transenden terdiri dari dua kata yaitu Trans dan scandere.
Trans artinya melintas, sedangkan scandere berarti memanjat. Secara garis
besar, transeden dipandang sebagai pemikiran yang melampaui apa yang dapat
dilihat atau diidentifikasi di alam semesta ini.
Transendensi menempatkan agama sebagai pondasi dalam cara
berpikir kita dalam berbagai aspek kehidupan kita. Bahkan dasar negara kita
tidak terlepas dari unsur iman pendiri negara kita tentang adanya Tuhan Yang
Maha Esa.
Iman sebagai salah satu nilai transedental merupakan bagian
penting dalam pembentukan peradaban. Iman adalah meyakini sesuatu yang belum
pernah dilihatnya. Jika belum pernah kita lihat kebenarannya, bagaimana kita
bisa menempatkan pada posisi yang tinggi dalam sistem berpikir kita?
Bahkan ada seorang tokoh nasional yang cukup disegani mengatatakan bahwa
keyakinan tentang hari akhir sebagai sesuatu yang patut dipertanyakan, karena
yang bercerita sendiri pun belum pernah mengalaminya. Kemudian beliau
mensinyalir orang yang membawa berita ini sebagai orang yang memonopoli
kebenaran.
Benarkah agama memonopoli kebenaran?
Saya yakin anda beriman menurut agama anda masing masing.
Masalahnya kebanyakan agama yang kita anut berasal dari orang tua kita masing
masing. Jika anda lahir di India, kemungkinan besar anda terlahir sebagai umat
hindu, demikian pula jika anda terlahir di Laos, kemungkinan besar anda akan
beragama budha.
Ketika pikiran kita “dibentuk” oleh lingkungan dan orang tua
kita dengan kepercayaan tertentu, maka biasanya kita beragama karena orang tua
kita, bukan karena cara berpikir kita. Walaupun banyak pula yang “menemukan
kebenaran” dengan proses dialektika yang panjang dengan dirinya sendiri.
DIALEKTIKA MENEMUKAN TUHAN
Saya sendiri mengalami dialektika yang panjang ketika
menemukan kebenaran Tuhan Yang Maha Esa. Perjumpaan saya yang pertama dengan Tuhan
adalah ketika mengamati dedaunan daerah Rawa Pening Ambarawa. Keteraturan dedaunan yang berbentuk simetri
menarik perhatian saya. Secara entropi, seharusnya alam semesta cenderung
mengalami ketidak teraturan. Keteraturan daun dalam simetri yang indah
membuktikan adanya pembalikan entropi. Pembalikan entropi ini menunjukkan
adanya “informasi” yang ada di dalam sistem pembentuknya.
Para fikikawan meyakini bahwa materialisasi membutuhkan “kesadaran” yang
mendasarinya. Tanpa “kesadaran” semesta
tidak akan terbentuk. Dan dengan
kerumitan sistem yang ada di alam semesta, maka dibutuhkan Maha Kesadaran yang
mengontrolnya. Dengan penemuan ini,
banyak fisikawan yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa.
KITAB SUCI SEBAGAI SUMBER KEBENARAN
Walaupun anda sendiri mengalami proses kelahiran anda,
tetapi dalam kondisi fisik dan mental pada saat anda lahir, tidak memungkinkan
anda dapat mengingat prosesnya. Artinya untuk mempercayai mana sebenarnya orang
tua anda, anda harus mempercayai kata orang. Dalam hal ini, ketika orang tua
anda dan orang yang ada di sekitar anda mengatakan bahwa itu ayah anda, maka
sekarang anda percaya bahwa beliau adalah ayah anda.
Seorang sepupu yang hidup bersama keluarga kami pada waktu
berusia 7 bulan hingga 5 tahun, pada waktu dewasa masih merasa bahwa ibuku yang
sebenarnya adalah budenya sebagai ibu yang melahirkannya. Ketika dia berusia 5
tahun, orang tuanya merawatnya kembali dan tentu mengajarkan bahwa merekalah
orang tuanya. Tetapi yang dia percayai adalah dia adalah anak dari budenya.
Artinya banyak dari apa yang kita percayai itu karena apa
yang diberitahukan orang kepada kita, ada pula dari proses berpikir, sehingga
tidak menerima apa yang diberitahukan kepadanya. Dan pada saat apa yang
dikatakan oleh orang kepada kita salah, atau kita dibohongi, maka banyak yang
kita percayai menjadi salah. Demikian pula jika proses berpikir kita salah,
maka akan salah pula kesimpulannya.
Agama membicarakan sesuatu yang sifatnya transenden, sehingga
anda tidak bisa membuktikan kebenarannya. Yang anda andalkan adalah iman. Bagaimana jika apa yang diajarkan kepada anda
salah atau “ada seseorang” yang merubahnya? Tentu keimanan anda menjadi salah.
Saya pribadi tidak mau
beriman kepada sesuatu yang salah. Oleh sebab itu saya menggunakan kitab
suci sebagai ”kebenaran”. Karena kitab suci tentu dibuat oleh Tuhan
Yang Maha suci. Karena dibuat oleh Yang
Maha Suci maka tidak diragukan lagi kebenarannya.
LOGIKA KEBENARAN
Banyak sekali fenomena di dunia yang tidak dapat tertangkap
oleh panca indera maupun pemikiran kita. Sebagai contoh adalah adanya cahaya di
bawah panjang gelombang merah dan di atas panjang gelombang violet yang tidak
tampak oleh mata kita. Keterbatasan waktu, tempat dan jangkauan indra
juga membuat banyak sekali fenomena yang tidak bisa anda saksikan. Belum lagi keterbatasan intelgensi yang membuat
ada fenomena yang tidak bisa dipahami oleh seseorang, tetapi bisa dipahami oleh orang yang lebih tinggi
intelgensinya.
Dengan keterbatasan data yang kita terima tentu kesimpulan
logis yang kita ambil sangat mudah mengalami bias atau kesalahan. Sebelum
fisika kuantum dipahami, banyak sekali fenomena alami yang dianggap sebagai
fenomena “supranatural”. Setelah kode
kode yang selama ini belum diketahui terbongkar, maka semua menjadi jelas. Dan
segera muncul teknologi yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan akan ada.
Termasuk teknologi komputer atau android yang anda pakai untuk membaca tulisan
ini.
Pemahaman tentang Agama bersifat transenden dan tentu anda
tidak akan bisa membuktikannya, kecuali ada “pembawa berita” yang dikenal sebagai orang
suci bagi penganut berbagai agama. Berita yang dibawanya biasanya berupa “Kitab
suci”. Ketika orang suci pembawa
informasi kebenaran meninggal dunia, maka kitab suci inilah yang menjadi
pegangan kita.
DIALEKTIKA KESUCIAN KTAB SUCI
Tetapi mana kitab suci yang benar? Itu tugas kita untuk
menemukannya. Karena ajaran yang berasal
dari kitab suci yang benar, saya anggap sebagai kebenaran mutlak. Kebenaran yang tidak bisa disangkal
lagi. Bahkan logika kita pun tidak berhak
menyangkalnya. Walaupun ketika saya memilihnya saya menggunakan logika.
Menyalahkan kitab suci tidak boleh menggunakan logika, karena ketetapan Tuhan pasti lebih kuasa
dibanding logika. Menyangkal
ketidakbenaran kitab suci harus berdasar
apa yang ada di dalam kitab suci itu sendiri. Bukan berdasar logika
kita.
Bagaimana menemukan kesucian kitab suci?
Karena Kitab Suci membawa kebenaran, maka tidak boleh ada kesalahan
yang terdapat di dalamnya. Dan untuk menemukan kesalahan yang ada di dalam
kitab suci harus menggunakan kitab suci itu sendiri sebagai rujukan.
Tidak boleh menyalahkan kitab suci dengan
logika kita, karena seharusnya kitab suci lebih benar dibanding logika
kita. Itulah sebabnya untuk menemukan
kesalahan dalam kitab suci, kita harus menggunakan kitab suci itu sendiri
sebagai dasar penemuan itu.
KITAB SUCI TIDAK BOLEH MENGANDUNG KESALAHAN
Jika ada dua jawaban yang saling bertentangan, secara logika
ada tiga hal yang bisa kita ambil kesimpulan. Yang pertama adalah salah satu
jawaban benar, atau salah satu jawaban salah. Yang kedua, dua duanya salah.
Yang ke tiga, dua duanya benar.
Kesimpulan yang ke tiga jelas tidak mungkin, artinya tidak
mungkin ada jawaban yang bertentangan
tetapi dua duanya benar secara substantif. Artinya, salah satu dari jawaban itu salah
atau kedua duanya salah.
Itulah sebabnya jika isi yang terkandung di dalam kitab suci
ada yang saling bertentangan secara subtantif, bukan menurut logika kita, maka
dapat dipastikan salah satu, atau semua jawaban itu salah. Tidak mungkin, informasi yang saling bertentangan itu dua
duanya benar.
Karena salah satu dari ayat itu salah, atau bahkan dua
duanya salah, maka kitab suci itu saya
pastikan tidak suci lagi. Dan apabila tidak saya temukan kesalahan di dalamnya,
berdasar ayat ayat yang ada di dalam kitab suci itu sendiri, maka saya anggap
kitab suci ini benar benar suci, sehingga agama yang mengajarkannya saya ikuti.
Begawan Tung
Begawan Tung
Posting Komentar untuk "TRANSENDEN"