KETIKA NIAT BAIK DITANGGAPI DENGAN NEGATIF
KETIKA NIAT BAIK DITANGGAPI DENGAN NEGATIF
Pada suatu hari, ada seorang teman yang mengeluh, bahwa niat baiknya ditanggapi secara negatif
oleh orang lain. Hal ini bisa terjadi karena dia mengira bahwa Realitas
Internalnya ketika memandang “niat baiknya” sama dengan “realitas internal”
dari orang yang menangapinya. Dari sisi dia, apa yang dilakukannya berarti “niat
baik”, padahal bagi orang lain, bisa saja ditanggapi sebagai “gangguan”.
Jika anda meletakkan kegagalan komunikasi pada orang
lain atau situasi dan kondisi, maka anda tidak mungkin bisa menyelesaikannya.
Karena anda tidak mungkin merubah apa yang ada di luar anda. Anda hanya bisa
mempengaruhinya saja, dengan cara memperluas wilayah pengaruh anda terhadap
lingkungan. Yang bisa anda lakukan adalah merubah dan memperbaiki apa yang ada
di dalam diri anda sendiri.
Perkenankan saya memberikan ilustrasi. Ketika anda mengucapkan
kata jeruk, maka apa yang ditangkap di pikiran setiap orang bisa berbeda beda.
Ada yang membayangkan jeruk keprok, jeruk bali, jeruk nipis, atau malah ada
yang menjadi teringat rasanya atau baunya saja. Hanya sebuah kata, tetapi ditanggapi
secara berbeda oleh beberapa orang.
Orang yang pernah mengalami peristiwa buruk, dan dikaitkan
dengan saat dia makan jeruk, bisa saja akan membuat kata jeruk membuatnya sedih,
atau bahkan marah. Sedangkan bagi orang lain, mungkin kata jeruk akan
membuatnya bahagia dan bersemangat, karena teringat kekasihnya yang suka makan
jeruk ketika berpacaran dulu.
Bayangan atau perasaan yang kita alami ketika merespon
sesuatu dikenal dengan Realitas Internal. Sedangkan fenomenanya sendiri disebut
dengan Realitas eksternal. Jika realitas internal dianalogikan sebagai peta,
maka realitas eksternal adalah wilayah yang digambarkan oleh peta tersebut itu.
Beberapa hari yang lalu, saya telah bercerita tentang salah
satu preposisi dalam NLP (Neuro Linguistic Programming), bahwa Peta bukanlah
wilayah. Artinya jika peta yang anda pegang salah, maka pemahaman anda tentang
wilayah itu juga akan salah. Demikian pula dengah Realitas internal. Jika
terlalu banyak mengalami distorsi, delesi dan generalisasi, (penjelasannya dapat dilihat pada tulisan
saya tentang “Belenggu Pengetahuan”) maka akan semakin jauh dari realitas
yang sebenarnya.
Jika anda memahami bahwa “peta mental” setiap orang berbeda,
maka anda akan semakin memahami bagaimana cara berkomunikasi. Ketika anda
mendapati perbedaan pendapat, anda menyadari hal itu adalah hal biasa, karena
perbedaan peta mental yang dimiliki.
Pemahaman ini akan membuat anda tidak menyalahkan orang lain yang justru akan membuat orang semakin resisten terhadap ucapan kita. Jika hal ini terjdi, maka akan tertutup peluang kita untuk mendapatkan persetujuan.
Itulah sebabnya wajib bagi anda untuk memahami “peta mental”
seseorang , ketika berkomunikasi.
Sebagai contoh, penerapan komunikasi yang memanfaatkan peta
mental audien, adalah yang diulakukan oleh salah satu Guru Saya, Mr Richard Bandler, ketika ingin memenangkan “pekerjaan”
pelatihan di Pentagon. Beliau menyisipkan “perintah” agar proposalnya diterima,
dengan cara berdiri di tempat seorang panglima, ketika memberikan komando.
Karena “perintah” diucapkan dari “tempat komando”, maka perintah itu menjadi
sulit untuk ditolak. Sehingga proposal Mr Bandler dengan mudah mendapat
persetujuan tanpa banyak resistensi.
Jadi, jika anda menginginkan persetujuan dengan orang lain,
samakan pendapat anda dengan peta mental yang dimilikinya. Jika belum, perluas
peta mentalnya, kemudian lihatlah masalah dari sudut pandang baru, sesuai
dengan tujuan anda.
Semoga bermanfaat
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "KETIKA NIAT BAIK DITANGGAPI DENGAN NEGATIF"