PERTANDINGAN SUDAH USAI

PERTANDINGAN SUDAH USAI


Dikisahkan, pada suatu hari Kyai Wahab Chasbullah dan Kyai Bisri Syansuri berdebat mengenai hukum Drum band. Untuk mempertahankan prinsip pendapatnya, Kyai Bisri sempat menggebrak meja. Tidak kalah dengan “jurus debat” lawannya, Kyai wahab membalasnya dengan meggebrak meja dengan kakinya.

Seketika para peserta bahtsul masail menjadi sangat khawatir, terjadi perpecahan diantara mereka hanya gara gara Drum Band. Tetapi kekhawatiran mereka menjadi reda, ketika pada sesi jamuan makan, Kyai Wahab dan Kyai Bisri berebut untuk saling melayani. Ibarat pertandingan bela diri di gelanggang, di luar perhelatan, mereka saling menghormati. Di luar bahtsul masail para kyai saling melayani dan dan tertawa bersama.

Kyai Wahab dan Kyai Bisri pada saat itu adalah pengggerak roda organisasi NU. Mereka memiliki prinsip prinsip sendiri dalam berpikir, tetapi tetap mengedepankan tujuan utama perjuangan mereka.

Etika menghormati perbedaan itu sangan selaras dengan etika dalam demokrasi. Demokrasi dimunculkan justru karena adanya banyak perbedaan. Dengan mekanisme pengambilan keputusan suara terbanyak, pengambilan keputusan diharapkan bisa dibuat. Dan apapun hasil keputusan yang diambil berdasarkan suara pendukung, wajib dihormati.

Beberapa pelajaran penting telah kita dapatkan dari beberapa Pilkada yang telah berlangsung. Tiba tiba saja ada ketegangan di antara kita. Berbagai isu sara dimunculkan, sehingga menerbitkan benih benih kebencian terhadap golongan yang lain.

Golongan yang satu merasa lebih menghargai kebinekaan, dan menuduh golongan yang lain sebagai pemilih atas dasar sara. Padahal mereka sendiri, berdasar fakta dari hasil peneletian yang terukur, memilih berdasar golongannya juga.

Sedangkan golongan yang berseberangan, juga menggunakan isu sara untuk menjatuhkan lawannya. Walaupun mereka tidak merasa melakukannya. Setahu mereka, mereka hanya membela nilai nilai yang dianutnya. Tanpa disadari, cara mereka membela nilai nilai itu menantang permusuhan dari pihak lawannya.

Dan ketika Pilkada sudah selesai, masih saja masing masing pendukung saling ledek. Mempertahankan permusuhan yang sangat konyol. Permusuhan yang bisa menimbulkan chaos di negeri ini. Dan ketika chaos melanda negeri, akan dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk memulihkannya.

Jika ledekan ledekanmu bertujuan untuk membuat orang orang menjadi sepaham denganmu, itu jelas tidak mungkin. Orang lebih percaya dengan fakta yang sudah diyakininya. Jadi tidak mungkin berubah pikiran hanya mendengar ejekan ejekanmu. Tapi jika ledekan ledekanmu itu bermaksud untuk menimbulkan permusuhan, selamat, anda pasti akan mendapatkan tujuanmu itu.

Jika kehidupan bermasyarakat yang sehat dan saling menghargai menjadi tujuan kita, bukankah lebih baik kita saling bersinergi. 

Pertandingan sudah usai, mungkin sebelumnya lawanmu sudah beberapa kali mendaratkan pukulannya di tubuhmu. Tetapi itu hanya pertandingan. Ketika pertandingan usai, saling pukul tentu harus dihentikan. 

Demikian pula dengan Pilkada kemarin. Semua sudah Usai. Itu hanya pertandingan demokrasi, untuk menentuka siapa pemimpin kita. 

Kembali ke kehidupan bermasyarakat yang saling menghormati dan toleransi, lebih baik daripada terus mengumbar syahwat permusuhan dalam memandang perbedaan.

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com





Posting Komentar untuk "PERTANDINGAN SUDAH USAI"