CERITA TENTANG KODOK YANG NAKAL
CERITA TENTANG KODOK YANG NAKAL
Ketika kita kecil, sering mendapatkan perlindungan dari
orang orang di sekitar kita. Maka ketika kita terjatuh, mereka akan bilang
,”kodoknya nakal”.
Itulah sebabnya ketika kita dewasa, dan menghadapi masalah,
maka yang kita cari adalah siapa yang salah. Dan yang salah pasti bukan diri
kita. Kesalahan selalu ada di luar sana. Berupa “kodok kodok” yang bisa
berwujud apa saja. Entah orang lain, institusi, kantor, situasi, dan kondisi.
Padahal, ketika kita menyalahkan pihak lain, berarti kita
meletakkan diri kita sebagai “korban”. Dan sebagai korban kita adalah obyek
penderita. Apa itu obyek ? obyek adalah pihak yang tidak punya pilihan lain
selain “menerima” perlakuan dari subyek. Dalam hal ini, subyeknya adalah pihak
pihak yang kita persalahkan dalam masalah kita.
Jika anda memiliki pikiran yang rasional, tentu anda lebih
suka menjadi subyek daripada obyek. Karena subyeklah, yang menentukan apa yang
akan dilakukannya. Sedangkan subyek harus pasrah dengan apa yang dilakukan subyek
kepada dirinya. Jadi subyek lebih berdaya dibanding obyek.
Sayangnya pikiran kita seringkali tidak rasional. Terkadang
kita ingin mendapatkan perhatian, ingin diperhatikan dan dikasihani. Sikap
mental ini memang wajar ketika kita masih kanak kanak. Tetapi Menjadi sangat
tidak berguna ketika dewasa, karena akan menghambat kemampuan kita dalam
menghadapi berbagai masalah.
Sayangnya, ketika dewasa, sifat kekanak kanakan ini kadang
muncul begitu saja. Bahkan seringkali mendominasi pikiran dan tingkah laku
kita. Sehingga seperti kanak kanak, selalu menyalahkan pihak lain jika ada
kesalahan. Akibatnya kita menjadi sering tidak berdaya, ketika menghadapi
masalah.
Jadi, ketika menghadapi masalah lebih baik kita mengambil
alih semua tanggung jawab di tangan kita. Bukan menyalahkan pihak lain sebagai
penyebab masalah. Walaupun pihak lain
itu memiliki pengaruh terhadap munculnya masalah , mengambil alih tanggung
jawab, akan membuat kita selalu berusaha menyelesaikan masalah itu. Kita akan
cenderung mencari solusi, daripada mencari kambing hitam.
Mengambil alih tanggung jawab terhadap semua permasalahan,
akan membuat kita menjadi lebih berdaya.
Sebagai contoh dari permasalah ini, perkenankan saya
bercerita tentang seorang tokoh yang sangat saya hormati. Beliau adalah salah
seorang yang berhasil mengatasi banyak permasalahan untuk mewujudkan cita cita
besarnya, dengan halangan yang luar biasa besar, dan tidak semua orang mampu
menghadapinya.
Dia dilahirkan dari keluarga sederhana. Bapaknya seorang
tukang becak dan ibunya seorang pedagang sayur keliling untuk kebutuhan rumah
tangga. Tetapi dia memiliki keinginan kuat untuk sukses di bidang
tertentu. Mengingat ekonomi keluarga
yang pas pasan, dan IQ yang kata dia terbatas, tentu dia harus mengatur
strategi khusus untuk mewujudkan impiannya itu.
Agar bisa diterima di Universitas Negeri, dia memilih
jurusan yang “tidak banyak diminati” oleh calon mahasiswa lainnya. Jurusan yang jarang peminatnya dia pilih, agar memiliki peluang yang besar untuk diterima. Dan syukur,
kemudian dia diterima di salah satu Universitas tertua di Indonesia.
Setelah diterima di universitas yang dipilihnya, tentu masih
banyak masalah yang harus dia hadapi. Salah satunya adalah masalah biaya.
Walaupun uang kuliah relatif murah pada waktu itu, 60 ribu per semeter, biaya
biaya yang lain tentu sangatlah besar. Dia harus membayar untuk tempat tinggal,
makan, dan buku kuliah.
Tetapi dengan kecerdikannya, dia bisa mengatasi semua
permasalahan di atas. Untuk mengatasi masalah tempat tinggal, dia melamar
sebagai takmir masjid. Sebagai takmir masjid, dia memiliki fasilitas ruangan
sebagai kamar tidurnya. Selain itu dia juga memiliki tempat yang luas untuk
menerima tamu tamunya.
Untuk mengatasi permasalahan buku, dia mendekati pengurus
pengurus perpustakaan se-Yogyakarta. Dengan pendekatannya ini, tentu semakin
mudah dia mendapatkan informasi dan meminjam buku buku kuliahnya. Sedangkan
untuk mengatasi masalah makan, dia mengikuti banyak unit kegiatan di
Universitas, dan selalu menempatkan diri sebagai seksi konsumsi. Dengan
strategi ini katanya, ongkos makannya menjadi sangat terbantu.
Beliau tidak menyalahkan siapa siapa atas halangan yang bagi
orang lain tentu terasa sangat berat. Beliau mengambil alih semua tanggung
jawab dan menciptakan strategi strategi untuk mengatasinya. Kini beliau menjadi
salah satu Doktor di bidang filsafat dan mangajar di salah satu Universitas
Negeri di Yogyakarta. Buku bukunya banyak dicetak dan menjadi referensi bagi
orang yang ingin mempelajari filsafat jawa.
Salut dengan perjuangan beliau untuk mewujudkan cita
citanya.
Posting Komentar untuk "CERITA TENTANG KODOK YANG NAKAL"