Ego & Makanannya
EGO DAN MAKANANNYA
Tadi siang ada seseorang yang bertanya kepadaku
“Pak Tung, ada orang yang “mengingatkan” kesalahanku, dan
saya menyadari bahwa sesungguhnya dia benar. Tetapi, walaupun “pikiran sadarku”
tahu bahwa dia benar, mengapa “hatiku” masih terluka ?
Saya menjawabnya, bahwa perasaan itu wajar, sebagai manusia.
Ego manusia memiliki makanan, sebagaimana fisikmu yang juga memerlukan makanan.
Makanan ego adalah penghargaan, pembenaran dan Pengakuan.
Ketika salah satu dari makanan itu dirampas, maka ego akan
melawan. Ketika ada yang menyalahkanmu “di
depan umum” anda merasa disalahkan, dan tidak dihargai. Maka Egomu akan marah dan melawan. Itu adalah
hal yang Wajar dan manusiawi.
Ketika anda menerima proses itu sebagai sesuatu yang wajar dan manusiawi, maka
hatimu akan menjadi lebih tenang. Tetapi jika muncul rasa bersalah, apalagi
dengan menghukum diri sendiri dengan “penilaian buruk” maka hatimu akan
terluka.
Yang tidak wajar adalah ketika anda membawa rasa bersalah
itu terus menerus, dan mengganggu pikiranmu.
Sesungguhnya pikiran kita dibekali juga dengan “akal sehat”
yang bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang benar. Anda telah tahu bahwa apa yang dikatakan
temanmu itu benar, berarti pikiran sehatmu telah bekerja dengan baik. Karena
dia bisa mengenali mana yang buruk dan mana yang baik.
Maka penuhilah hatimu dengan pemikiran itu. Bahwa temanmu
itu bermaksud baik kepadamu. Dengan berpikir seperti itu, maka pikiran dan
hatimu akan terpenuhi oleh energi positif. Coba saja anda rasakan, dengan
menganggap kejadian itu secara positif, maka energi positif yang memberdayakan akan memancar dari hatimu.
Sesungguhnya apakah
temanmu itu bermaskud baik, atau
bermaksud buruk kepadamu, anda tidak akan tahu. Karena hati oang siapa tahu?
Anda hanya bisa menduga saja. Dugaan anda bisa benar, dan bisa saja salah.
Jika anda menilainya secara positif, maka penilaian itu bisa
saja salah dan juga bisa benar. Dan jika
anda menilainya secara negatif, maka penilaian anda itu juga bisa salah dan
juga bisa benar. Jadi apapun
penilaianmu, bisa saja benar, bisa saja salah.
Dan sama sama belum tentu benar, bukankah lebih baik memilih
yang “memberdayakanmu”?. Jadi lebih baik
anda percaya bahwa apa yang dikatakan temanmu itu bernilai positif. Maka hatimu akan lebih berdaya.
Dan menerima bahwa “rasa terluka” itu ada, dan menganggapnya
sebagai proses alami, akan membuat anda menjadi semakin tentram. Yang penting
tidak anda bawa “luka itu” ke mana mana. Tetapi cukup anda terima bahwa rasa
itu ada dan menerimanya.
Pesan saya, mari kita belajar dari peristiwa ini.
Usahakan ketika berkomunikasi dengan seseorang, jagalah
agar egonya tidak teluka. Caranya adalah dengan memberikan egonya makanan,
dengan pembenaran, penghargaan, dan pengakuan. Maka anda tidak akan melukai
hatinya dan komunikasi menjadi lebih baik.
Semoga bermanfaat
Begawan Tung
Begawantung.blogspot.co.id
Posting Komentar untuk "Ego & Makanannya"