Halaman

    Social Items

KI HAJAR DEWANTORO DAN SISTEM PENDIDIKAN EFEKTIF

Kita tentu kenal dengan salah satu pahawan nasional kita. Beliau dianggap sebagai peletak dasar sistem pendidikan di Indonesia. Beliau adalah Ki Hajar Dewantoro.

Sebagai orang yang dianggap sebagai tokoh pendidikan, pasti banyak yang mengira bahwa pendapatnya akan mewarnai  sistem pendidikan di negaranya.  Ternyata tidak.  Justru negara lain yang menggunakan prinsip ini.

Konon yang menggunakan kosep pendidikannya Ki Hajar Dewantoro adalah Finlandia, dan terbukti, walaupun jam pendidikan anak sekolah di sana lebih pendek dan memilijki konsep tanpa “Pekerjaan Rumah” tetapi pendidikan mereka termasuk yang terbaik di dunia.

Dalam Bukunya yang berjudul “Pusara” (1940) Ki Hajar Dewantoro Berpendapat :  Jangan menyeragamkan hal hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat harus menjadi perhatian dan diakomodasi.

Beliau juga berpendapat bahwa :
Anak anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik  jadi tidak mungkin pendidik merubah padi menjadi jagung.

Konsep ini sama dengan yang dianut oleh sistem pendidikan di Finlandia, yang menganggap standarisasi yang kaku adalah hal yang akan menghambat kreativitas anak didik.

Dan Ki Hajar Dewantoro juga pernah mengungkapkan pendapatnya dalam “Mimbar Indonesia “ (1948) bahwa bermain adalah tuntutan anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup baik jasmani dan rohaninya.

Dan Sistem pendidikan di Finlandia juga menekankan bahwa seorang anak harus diberi kesempatan untuk bermain demi kemajuan kemanusiaannya.

Dunia kemudian melihat bahwa Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, karena menggunakan Prinsip yang sama dengan pendapat salah satu Pahlawan Nasional kita.

Dan Ironisnya, Seorang menteri Pendidikan yang berusaha mengusung “konsep” ini di Indonesia harus dihentikan langkahnya. Maka Sampai sekarang sistem pendidikan kita justru mengikuti sistem “ full day school”  yang bisa menghambat kesempatan anak untuk bermain dan mengembangkan dirinya. 

Sistem pendidikan kita juga menggunakan standarisasi  yang kaku, sehingga seolah seperti mau merubah “padi menjadi jagung”.

Ironisnya lagi, ketika kita menganggap Ki Hajar Dewantoro sebagai pahlawan sekaligus tokoh pendidikan di Indonesia, tetapi justru kita tidak menghargai pendapatnya dan berpaling ke “sistem pendidikan” lainnya.

Quo Vadis pendidikan Indonesia?

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com




Ki Hajar Dewantoro & Sistem Pendidika Efektif

KI HAJAR DEWANTORO DAN SISTEM PENDIDIKAN EFEKTIF

Kita tentu kenal dengan salah satu pahawan nasional kita. Beliau dianggap sebagai peletak dasar sistem pendidikan di Indonesia. Beliau adalah Ki Hajar Dewantoro.

Sebagai orang yang dianggap sebagai tokoh pendidikan, pasti banyak yang mengira bahwa pendapatnya akan mewarnai  sistem pendidikan di negaranya.  Ternyata tidak.  Justru negara lain yang menggunakan prinsip ini.

Konon yang menggunakan kosep pendidikannya Ki Hajar Dewantoro adalah Finlandia, dan terbukti, walaupun jam pendidikan anak sekolah di sana lebih pendek dan memilijki konsep tanpa “Pekerjaan Rumah” tetapi pendidikan mereka termasuk yang terbaik di dunia.

Dalam Bukunya yang berjudul “Pusara” (1940) Ki Hajar Dewantoro Berpendapat :  Jangan menyeragamkan hal hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat harus menjadi perhatian dan diakomodasi.

Beliau juga berpendapat bahwa :
Anak anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik  jadi tidak mungkin pendidik merubah padi menjadi jagung.

Konsep ini sama dengan yang dianut oleh sistem pendidikan di Finlandia, yang menganggap standarisasi yang kaku adalah hal yang akan menghambat kreativitas anak didik.

Dan Ki Hajar Dewantoro juga pernah mengungkapkan pendapatnya dalam “Mimbar Indonesia “ (1948) bahwa bermain adalah tuntutan anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup baik jasmani dan rohaninya.

Dan Sistem pendidikan di Finlandia juga menekankan bahwa seorang anak harus diberi kesempatan untuk bermain demi kemajuan kemanusiaannya.

Dunia kemudian melihat bahwa Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, karena menggunakan Prinsip yang sama dengan pendapat salah satu Pahlawan Nasional kita.

Dan Ironisnya, Seorang menteri Pendidikan yang berusaha mengusung “konsep” ini di Indonesia harus dihentikan langkahnya. Maka Sampai sekarang sistem pendidikan kita justru mengikuti sistem “ full day school”  yang bisa menghambat kesempatan anak untuk bermain dan mengembangkan dirinya. 

Sistem pendidikan kita juga menggunakan standarisasi  yang kaku, sehingga seolah seperti mau merubah “padi menjadi jagung”.

Ironisnya lagi, ketika kita menganggap Ki Hajar Dewantoro sebagai pahlawan sekaligus tokoh pendidikan di Indonesia, tetapi justru kita tidak menghargai pendapatnya dan berpaling ke “sistem pendidikan” lainnya.

Quo Vadis pendidikan Indonesia?

Begawan Tung
begawantung.blogspot.com




Tidak ada komentar