POLITIK VS SAHABAT SEUMUR HIDUP


POLITIK VS SAHABAT SEUMUR HIDUP 


Dunia politik memang sangat rawan untuk dibicarakan di depan umum. Sudah banyak korban, pecah “kongsi” gara gara beda pilihanyang “diumbar”.

Pada pemilu sebelumnya, saya mengungggah sebuah video dari seorang tokoh “institusi terkenal” dan memaparkan data data hasil rekam dari organisasinya.  Tiba tiba seseorang “menyerang “ saya di wall Facebook saya dan tentu saja itu akan dilhat oleh banyak orang.  HOAX katanya...

Merana aneh mendapat serangan tersebut, saya bermaksud menyapanya, melalui personal message. Sambil bertanya, mengapa video yang saya share dibilang hoax?.  Karena sumbernya jelas, yang berbicara jelas, otorisasi pembicara sebagai orang yang menyampaikan fakta juga bisa dipertanggung jawabkan.

Dia menjawab bahwa beritanya tidak benar. Kemudian saya menjawab bahwa si pembicara berbicara dengan data. Jika anda menganggapnya salah, juga harus dengan data juga. Bukan dengan asumsi “salah” karena” tidak sesuai dengan harapannya.

Dan pada waktu sampai pada difinisi Hoax, dia mulai tidak sabar dan menggertak saya. “Lebih baik sampean berdebat dengan anak saya saja” katanya.

Terus terang saya sangat terkejut dengan “kekasarannya” bertutur kata, mengingat dulu kami sangat dekat dan dia sering minta bantuaan saya dalam banyak hal. Saya jadi teringat kata kata dari Mao Zedong, “Jika tidak mampu mematahkan argumen lawan, anda bisa menyerang pribadi lawan bicara anda”.

Perbedaan politik memang sangat ampuh untuk merubah “persahabatan” menjadi “permusuhan”. Dan tadi pagi saya membaca sebuah status dari teman saya yang kebetulan menjadi salah satu profesor di almamater saya.  Salah satu yunior kami menyerangnya, karena merasa Mas Profesor sedang memuji tokoh yang dibencinya.

Mengapa tokoh itu dibencinya? Karena sang tokoh menjadi salah satu pendukung Calon Presiden yang tidak disukainya. Padahal mas Profesor memujinya dalan kaitannya dengan “karakter”,  dan bukan dalam hal pilihan politik.

Jika Adik yunior itu menghargai almamaternya, seharusnya dia tidak “menyerang”  Profesor di salah satu almamaternya. Dia bisa menghubungi seniornya itu secara peribadi.  Sayang “suasana politik” mengaburkan semuanya.  Tidak peduli siapapun, jika tidak sama dengan politiknya, semua harus diserang.

Walaupun dia seorang teman?

Padahal pilihan politik itu hanya peristiwa sesaat. Sedangkan teman dan sahabat berlaku selamanya, seumur hidup kita.

Begawan Tung
Begawantung.blogspot.com

Posting Komentar untuk "POLITIK VS SAHABAT SEUMUR HIDUP"