SIREP MEGANANDA DAN GELOMBANG DAMAI INDONESIA
SIREP MEGANANDA DAN GELOMBANG DAMAI INDONESIA
Huygens adalah pembuat jam bandul pertama pada tahun 1656.
Denga margin error di bawah 1 menit per hari , jam bandul yang dibuatnya adalah
jam bandul paling teliti di jamannya. Walaupun kemudian dia berhasil membuatnya
lebih teliti lagi dengan kesalahan di bawah 10 detik per hari.
Pada tahun 1665, Mr Huygens melihat fenomena yang sangat
aneh, di mana dua jam bandul yang diletakkan dalam satu ruangan, berayun secara
serampak dan selaras. Fenomena itu telah membuat “bingung” para ilmuwan selama
berabad abad. Sampai kemudian mereka menemukan pemecahannya berdasar teori
resonansi.
Telah terjadi transfer energi
gelombang suara yang disebabkan oleh frequensi ayunan setiap bandul. Akhirnya
terjadi “saling mempengaruhi” antara bandul yang satu dengan yang lain dan tercipta
“titik temu” berupa keselarasan gerakan antara kedua bandul tersebut.
Fenomena itu kemudian dikenal sebagai isochronic, yang mempengerahui perkembangan “terapi gelombang
otak”. Terapi gelombang otak adalah
terapi dengan cara menstimilasi gelombang otak sehingga berada pada gelombang
tertentu yang mempengaruhi manusia baik secara psikologis maupun kesehatan
fisik.
Saya sendiri memiliki hipotesa, bahwa “pikiran manusia” bisa
saling beresonansi menghasilkan kondisi psikologi sosial tertentu. Sebagai
contoh adalah ketika “orang kita” berada negara maju yang sangat tertib tata aturan kehidupan sosialnya.
Seketika, mereka akan “sangat tertib”. Mereka mampu “antre”dengan sabar dan
tidak melanggar aturan lalu litas.
Tetapi begitu mereka memasuki wilayah negerinya sendiri,
segera “resonansi tidak tertib” memengaruhi mereka. Mereka mulai berebut
antrian, dan mulai melanggar aturan lalu lintas ketika tidak ada “petugas” yang
menjaga.
Untuk membuktikan apakah “gelombang otak manusia” bias
saling mempengaruhi, saya mencoba eksperimen kecil kecilan. Pada suatu hari
istri saya mengeluh tidak bisa tidur. Tidurnya menjadi tidak nyenyak, dengan
berkali kali terbangun di malam hari.
Kemudian, menjelang tidur saya pegang kepala istri saya, saya turunkan gelombang
otak saya secara bertahap dari 14 Hz ke 12, terus turun hingga 7 Hz. Setelah
beberapa lama, saya turunkan lagi hingga 5, 4, 3, 2 hingga 0.5 Hz kemudiansaya
pertahankan di 1.02 Hz.
Sambil menurunkan gelombang otak saya juga “menyelaraskan”
gelombang otal istri saya dengan gelombang otak saya. Dan ketika gelombang otak
turun hingga gelombang Delta (0.5 – 4 Hz) dan epsilon (di bawah 0.5 Hz), istri
saya sudah tertidur nyenyak.
Beberapa hari kemudian dia minta “dipegang kepalanya” agar
bisa cepat tidur. Dia mengira bahwa “ritual pegang kepala” itu yang membuatnya
tertidur dengan cepat. Padahal hal itu disebabkan karena turunnya gelombang
otaknya secara perlahan lahan hingga gelombang epsilon dan membuatnya tertidur
nyenyak hingga pagi.
Sesuai dengan “teori hologram” di mana “Satu kepakan sayap
kupu kupu di New York, akan mempengaruhi perubahan cuaca di Shanghai” , maka saya mengajak
saudara saudaraku sekalian untuk menjaga suasana “damai” dalam pikiran
kita.
Yanng saya harapkan adalah,
semakin banyak “gelombang otak damai” yang beresonansi di negeri ini, maka akan
tercipta kedamaian di negeri ini, walaupun “suasana kampanye politik” sedikit
banyak telah membawa “semangat permusuhan” diantara anak anak bangsa.
Salam Damai Untuk Indonesia....
Begawan Tung
Begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "SIREP MEGANANDA DAN GELOMBANG DAMAI INDONESIA"