DILARANG MACET


DILARANG MACET


Pada suatu hari seorang Mahadiraja sebuah negeri memerintahkan kementrian transportasi kerajaan agar memasang rambu rambu di sepanjang jalan jalan yang melintas di depan pusat pusat ekonomi kerajaan. Rambu rambu itu berisi tulisan “Dilarang Macet”.

Sebagaimana diketahui, bahwa jalan jalan yang melintas di pusat pusat ekonomi kerajaan selalu macet setiap hari kerja. Bisa dibayangkan, berapa jumlah perputaran ekonomi yang terhambat setiap harinya. Sehingga produksi kerajaan menjadi terhambat ratusan milyar setiap harinya.

Dengan rambu rambu dilarang macet itu, diharapkan seluruh jalan jalan utama yang sering  macet itu menjadi lancar, meningkatkan kinerja ekonom kerajaan dan menjadikan pertumbuhan ekomomi menjadi semakin tinggi dan bisa menjadi landasan untuk bergerak menjadi alah satu Negara maju di dunia.

Sayangnya, rambu rambu itu ternyata tidak berfungsi apa apa, selain menjadi hiasan jalan saja. Kemacetan terus berlanjut, dan perputaran ekonomi masih terhambat.

Anda mungkin mentertawakan Sang raja dengan perintah “lucunya”, atau mentertawakan saya sebagai penulis, karena memasang rambu “dilarang macet” itu sangatlah menggelikan.

Tetapi, walaupun menggelikan, bangsa kita sebenarnya sering malakukannya.

Ketika terjadi beberapa aksi terorisme, segera spanduk sepanduk dipasang untuk menentangnya. “Desa Kami mengutuk Terorosme”, demikian kira kira kata kata yang ditulis pada sepanduk spanduk mereka.

Dan ketika kita terancam disintegrasi karena politik yang mengedepankan permusuhan dan pertentangan, tiba tiba saja muncul slogan slogan di mana mana “Aku Indonesia, NKRI Harga Mati”.

Jika tidak ditindaklanjuti dengan tindakan yang nyata, apa bedanya slogan slogan itu dengan rambu rambu “dilarang macet” yang diperintahkan oleh Sang Raja?

Jika Saling tuduh dan politik konflik masih dilancarkan, maka slogan slogan itu hanyalah hiasan kata kata saja.

Jika ketidakadilan sosial terus dipertontonkan, maka disintegrasi adalah sebuah keniscayaan.  
Dan itu telah terjadi di Lembah Sungai Indus & Sungai Gangga, USSR, dan Yugoslavia.

Begawan Tung
Begawantung.blogspot.com

Posting Komentar untuk "DILARANG MACET"