BELAJAR DARI KONSPIRASI PADA MASA SINASTI QI

Berbicara tentang konspirasi, paling aman ya bicara tentang kejadian di negeri lain, agar tidak banyak yang tersinggung di sini 😊

Apalagi kejadiannya sudah lama terjadi, ribuan tahun yang lalu. tetapi pelajarannya masih dapat kita petik.

Pembunuhan karakter, dengan narasi narasi berdasar sebagian fakta dan "menyesatkannya" dengan berbagai "logika semu" untuk menjatuhkan seorang tokoh sudah sering terjadi di masa lalu. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu.

Jaman dulu narasi narasi itu ditujukan kepada penguasa atau raja agar Raja membenci atau menghukum seseorang atau kelompok/suku tertentu. 

Sedangkan jaman sekarang, narasi narasi itu, selain dihembuskan pada seorang tokoh yang berkuasa, juga dihembuskan ke media media sosial serta media media resmi.

Ada narasi yang "mengangkat" seorang tokoh, seolah dia memiliki karakter yang baik dan demokratis, padahal dia pernah "mematikan microphone" dari anggota, agar tidak bisa "berbicara" mengemukakan pendapat.

Ada pula narasi yang "menjatuhkan" seorang tokoh, dengan informasi seolah seorang tokoh tidak "mampu bekerja", padahal ada puluhan "penghargaan" diterimanya dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta, dalam dan luar negeri.

Dan lucunya, ketika tokoh yang mau diangkat "popularitasnya" tidak banyak memiliki prestasi, maka diangkatlah kesederhanaannya, makan di warteg, makan bersama pengemis, bagi bagi sembako, bahkan saat membetulkan tali sepatunya sendiri serta caranya membawa payung pun "diblow up" jadi popularitas.

Ada pula yang cukup bagus, menampilkan "prestasi" tokohnya dengan data. Contoh, BERHASIL MENURUNKAN ANGKA PENGANGGURAN. padahal dengan sedikit "modifikasi" angka kemiskinan, pengangguran bisa berubah, tergantung parameter yang digunakan. Jadi masih bisa diperdebatkan, tergantung bagaimana cara menghitungnya.

Ngomong ngomong mengenai masalah "pembunuhan karakter", hal ini pernah terjadi pada jaman dinasti Qin di daratan tiongkok sekitar abad ke 4 sebelum masehi.

Pada waktu itu Raja Yin Zeng dengan sungguh sungguh sedang mencari orang orang berbakat untuk membantunya membesarkan kerajaan. Tidak segan beliau mengunjungi "jendral yang disingkirkan kakeknya" karena tahu sang jendral sangat berbakat dan setia.

Pada suatu hari, Li shi, tokoh yang dekat dengan raja memperkenalkan Han Fe Zi. Han Fei Zi adalah filsuf yang mengnganggap hukum adalah perangkat negara yang sangat efektif untuk mengendalikan perilaku manusia, agar lebih baik. Beliau juga menekankan pentingnya pengawasan.

Raja Yin Zeng sangat tertarik dengan pemikiran Han Fei Zi, dan dijadikan salah satu penasehatnya.

Kecemerlangan Han Fei Zi membuat Lu shi merasa teracam karirnya. Walaupun Han Fei Zi adalah teman sekelasnya saat belajar pada Sun Qin dari Negeri Chu, Li Shi akhirnya berkeinginan untuk menyingkirkannya.

Kebetulan Han Fei Zi adalah seorang pangeran dari Negeri Han. Statusnya sebagai pangeran Han ini diolah Lishi menjadi isu untuk menyudutkannya.

Kemudian dia menghembuskan isu, bahwa, jika Han Fei Zi diberi kebebasan  bergerak di seluruh negeri, maka dia berpotensi menjadi mata mata Han. 

"Tidak mungkin Han Fei Zi menghancurkan negerinya sendiri demi Yang Mulia," Kata Lu Shi Kepada Raja Yin Reng.

Raja Yin Zheng termakan narasi ini dan semenjak saat itu, Han Fei Zhi diberi status sebagai tahanan rumah. Dan dengan konspirasim Li Shi berhasil memaksa Han Fei Zhi untuk bunuh diri dengan cara meminum racun pada tahun 223 SM.

Pada suatu hari, Raja Yin Zheng menyadari kesalahannya ketika membuat Han Fei Zhi menjadi tahanan rumah. Beliau kemudian memanggilnya kembali untuk menjadi penasehatnya.

TEtapi, Li shi memberikan kabar yang tidak menyenangkan bagi beliau. Li shi mengatakan bahwa Han Fei Zhi sudah meninggal dunia akibat bunuh diri.


Begawan Tung 

begawantung.blogspot.com






Posting Komentar untuk " BELAJAR DARI KONSPIRASI PADA MASA SINASTI QI"