Halaman

    Social Items


Pada suatu hari, ketika lewat di depan Lab Geomorfologi menuju perpustakaan, pak Profesor memanggilku,"Dik, sini dek".

Saya diminta masuk ka lab dan diperlihatkanlah dua buah buku tentang pemetaan geologi. Selama ini kami menggunakan buku tentang geologi struktur untuk mengajarkan dasar geologi. Kali ini beliau ingin kami lebih menekankan pada pemetaannya (mapping) , bukan pada struktur geologi. Karena salah satu analisis dalam keilmuan kami adalah pendekatan spasial, atau keruangan.

"Pakai buku ini ya dik", kata beliau menunjukkan 2 buah buku tentang geologi dan pemetaan. Beliau meminta saya untuk mengajar mata kuliah praktikum Geologi dasar, dengan panduan buku yang beliau berikan itu. 

Beliau langsung meninggalkan saya, yang "kaget" mendapat tugas mendadak seperti itu. Mungkin beliau lupa, bahwa saya belum jadi dosen, masih mahasiswa. Jadi, pasti akan "jungkir balik" memahami materi baru yang belum pernah diajarkan kepadaku.

Seminggu kemudian, saya sudah harus mengajar matra kuliah praktikum itu, senin jam 11 pagi. Dan saya masih belum paham cara membuat peta geologi dengan menggunakan data "singkapan", deep/strike dan peta topografi. (mohon maaf, bahasanya teknis banget).

Jam sembilan pagi saya sudah di kantin kampus, sambil terus merenung, bagaimana cara membuat peta geologi dengan data data seperti yang tercantum di buku praktikum yang diberikan Bapak Profesor kepadaku. Mau bertanya pada siapa, juga bingung. Pak profesor kebetulan sangat sibuk dan susah ditemui.

Ketika sedang menikmati wedang tape, minuman favoritku di kantin kampus, tiba tiba sekelebat bayangan memasuki pikiranku. Terbayang sebuan papan yang dicelupkan ke air, dengan posisi miring.

Papan itu terlihat seperti lapisan batuan, dan permukaan air ibarat permukaan tanah. Titik pertemuan antara batas air dan permukaan papan ibarat batas batuan yang tersingkap di atas permukaan bumi.

Mendapat informasi secara intuitif seperti itu, pikiranku langsung siaga dan bekerja. Pertemuan antara batas air dan batas papan, bisa digambar dengan mempertemukan kontur permukaan air yang datar, dan kontur papan.

Artinya pertemuan antara 2 lapis batuan, atau batas peta geologi, bisa didapatkan dengan mempertemukan peta kontur tanah dan peta kontur dari lapisan batuan.

Dengan menghubungkan titik titik pertemuan kontur permukaan tanah dan kontur lapisan batuan (pada ketinggian yang sama), maka terciptalah garis batas antar batuan yang tersingkap di atas permukaan bumi.

Mohon diabaikan saja jika penjelasan saya "susah dipahami". Maksud dari tulisan ini adalah, intuisi berupa gambaran papan yang dicelupkan ke dalam air dengan posisi miring, membuat saya mampu membuat peta geologi dari formasi batuan sedimen, dengan data singkapan, dip/strike dan peta topografi.

Dan ketika jam 11 tiba, saya mengajarkan cara membuat peta geologi itu di lab geomorfologi. Karena "sekelabat intuisi" yang hadir di pikiranku, aku bisa memahami ilmu yang harus aku ajarkan di Lab geomorfologi itu.

Intuisi itu biasanya menghampir ketika pikiran kita dalam kondisi hening, entah karana kondisi atau saat meditasi. 

Menikmati segelas wedang tape, teh, kopi, atau apapun minuman kesukaan, atau menikmati sebatang rokok, membuat kita rilex, sehingga pikiran berada pada gelombang alpha atau bahkan Theta.

Pada saati itu, pikiran kita brada pada gelombang otak yang membuat pikiran kita menjadi sangat kreatif.


Begawantung

begawantung.blogspot.com








INTUISI DAN WEDANG TAPE


Pada suatu hari, ketika lewat di depan Lab Geomorfologi menuju perpustakaan, pak Profesor memanggilku,"Dik, sini dek".

Saya diminta masuk ka lab dan diperlihatkanlah dua buah buku tentang pemetaan geologi. Selama ini kami menggunakan buku tentang geologi struktur untuk mengajarkan dasar geologi. Kali ini beliau ingin kami lebih menekankan pada pemetaannya (mapping) , bukan pada struktur geologi. Karena salah satu analisis dalam keilmuan kami adalah pendekatan spasial, atau keruangan.

"Pakai buku ini ya dik", kata beliau menunjukkan 2 buah buku tentang geologi dan pemetaan. Beliau meminta saya untuk mengajar mata kuliah praktikum Geologi dasar, dengan panduan buku yang beliau berikan itu. 

Beliau langsung meninggalkan saya, yang "kaget" mendapat tugas mendadak seperti itu. Mungkin beliau lupa, bahwa saya belum jadi dosen, masih mahasiswa. Jadi, pasti akan "jungkir balik" memahami materi baru yang belum pernah diajarkan kepadaku.

Seminggu kemudian, saya sudah harus mengajar matra kuliah praktikum itu, senin jam 11 pagi. Dan saya masih belum paham cara membuat peta geologi dengan menggunakan data "singkapan", deep/strike dan peta topografi. (mohon maaf, bahasanya teknis banget).

Jam sembilan pagi saya sudah di kantin kampus, sambil terus merenung, bagaimana cara membuat peta geologi dengan data data seperti yang tercantum di buku praktikum yang diberikan Bapak Profesor kepadaku. Mau bertanya pada siapa, juga bingung. Pak profesor kebetulan sangat sibuk dan susah ditemui.

Ketika sedang menikmati wedang tape, minuman favoritku di kantin kampus, tiba tiba sekelebat bayangan memasuki pikiranku. Terbayang sebuan papan yang dicelupkan ke air, dengan posisi miring.

Papan itu terlihat seperti lapisan batuan, dan permukaan air ibarat permukaan tanah. Titik pertemuan antara batas air dan permukaan papan ibarat batas batuan yang tersingkap di atas permukaan bumi.

Mendapat informasi secara intuitif seperti itu, pikiranku langsung siaga dan bekerja. Pertemuan antara batas air dan batas papan, bisa digambar dengan mempertemukan kontur permukaan air yang datar, dan kontur papan.

Artinya pertemuan antara 2 lapis batuan, atau batas peta geologi, bisa didapatkan dengan mempertemukan peta kontur tanah dan peta kontur dari lapisan batuan.

Dengan menghubungkan titik titik pertemuan kontur permukaan tanah dan kontur lapisan batuan (pada ketinggian yang sama), maka terciptalah garis batas antar batuan yang tersingkap di atas permukaan bumi.

Mohon diabaikan saja jika penjelasan saya "susah dipahami". Maksud dari tulisan ini adalah, intuisi berupa gambaran papan yang dicelupkan ke dalam air dengan posisi miring, membuat saya mampu membuat peta geologi dari formasi batuan sedimen, dengan data singkapan, dip/strike dan peta topografi.

Dan ketika jam 11 tiba, saya mengajarkan cara membuat peta geologi itu di lab geomorfologi. Karena "sekelabat intuisi" yang hadir di pikiranku, aku bisa memahami ilmu yang harus aku ajarkan di Lab geomorfologi itu.

Intuisi itu biasanya menghampir ketika pikiran kita dalam kondisi hening, entah karana kondisi atau saat meditasi. 

Menikmati segelas wedang tape, teh, kopi, atau apapun minuman kesukaan, atau menikmati sebatang rokok, membuat kita rilex, sehingga pikiran berada pada gelombang alpha atau bahkan Theta.

Pada saati itu, pikiran kita brada pada gelombang otak yang membuat pikiran kita menjadi sangat kreatif.


Begawantung

begawantung.blogspot.com








Tidak ada komentar