BERPIKIR OUT OF THE BOX
BERPIKIR OUT OF THE BOX
Suatu hari ada seorang yang dengan bangga menasehati
temannya, tentang pentingnya berpikir out of the box. Out of the box memang
sudah menjad ikon tentang cara berpikir yang dahsyat. Dengan cara berpikir ini,
banyak penemuan penemuan di bidang teknologi yang membuat kehidupan kita
menjadi semakin mudah.
Ketika kita berpikir tanpa batasan batasan, maka pikiran
kita menjadi bebas sehigga bisa menyentuh hal hal yang lebih luas. Ibarat
proses berpikir itu adalah mesin produksi, maka dengan berpikir bebas kita bisa
mendapatkan lebih banyak bahan baku.
Tentu saja hal ini menjadikan proses berpikir kita menghasilkan lebih banyak
hal dan bisa menyelesaikan lebih banyak persoalan.
Tetapi jangan karena cara berpikir ini sangat hebat dalan
beberapa hal, terus anda selalu menggunakannya dalam setiap aspek kehidupan
anda. Ibaratnya, jangan gara gara anda suka buah pisang terus anda makan
semuanya, sampai ke kulit kulitnya. Tentu ada saat yang tepat ketika
menggunakan cara berpikir ini dan ada saat yang tidak pas.
Disaat pelaksanaan suatu proyek dan anda berpikir out of thebox dan mengambil keputusan yang bertentangan dengan rencana team, tentu
keputusan anda membuat kacau, karena kekompakan team sangat diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Berpikir out of the box lebih tepat jika
dilakukan di tahap eksplorasi, penyusunan strategi, perencanaan dan pada waktu
menghadapi masalah.
Ada banyak sekali contoh cara berpikir, dan semua harus
diterapkan pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Sebagai contoh
adalah ketika saya masih bekerja di salah satu perusahaan distributor nasional.
Perusahaan kami sedang menghadapi perang harga, akibat kebijakan di negara produsen yang mengakibatkan tidak
adanya diferensiasi, di antara produk
kami dan produk lawan. Perusahaan kami lebih besar dan memiliki kekuatan untuk
membentuk pelayanan after sales yang lebih baik. Sedangkan perusahaan lawan
memiliki fleksibelitas dalam menghadapi segala permasalahan di lapangan. Hal
ini disebabkan perusahaan lawan lebih kecil organisasinya sehingga lebih
ramping rantai pengambilan keputusannya.
Karena akses terhadap informasi sangat mudah didapatkan,
maka pihak lawan lebih diuntungkan. Siapa pun akan memilih harga yang lebih
murah dengan produk yang sama. Kelebihan kami di bidang servis yang didukung
oleh tenaga ahli yang sangat berpengalaman dimentahkan karena ada “orang dalam”
yang bersedia menyelesaikan masalah walaupun itu dari produk lawan.
Permasalahan internal ini tidak dapat kami selesaikan karena
kerumitan rantai pengambilan keputusan di perusahaan kami. Permasalahan ini
harus kami hadapi dengan segala strategi yang ada.
Akibat perkembangan ini, omset perusahaan kami menjadi
merosot dengan drastis. Tetapi Divisi berhasil menjelaskan bahwa berkurangnya
omset disebabkan karena perkembangan ekonomi yang mengakibatkan lesunya
beberapa industri yang terkait dengan bisnis kami.
Prrubahan iklim memang menyebabkan turunnya kinerja kami,
tetapi ada faktor faktor lain yang juga mempengaruhinya. Intelijen kami
berhasil mengumpulkan data bahwa lawan berhasil menjual 2,5 kali lebih banyak
dibanding kami. Hal ini membuktikan bahwa ada faktor lain selain faktor iklim
ekonomi yang mempengaruhinya.
Kemudian dalam suatu rapat internal saya katakan bahwa jika
kita menyalahkan sesuatu hal yang berada di luar jangkauan kita untuk menyelesaikannya,
maka akan semakin terbatas senjata yang bisa kita pakai untuk menyelesaikannya.
Kemudian saya memberkan ilustrasi, yang menunjukkan bahwa
produk kami dikenal sebagai produk yang berkualitas dan memiliki harga yang
tidak terlalu mahal. Ketika kami
bergeser menjadi produk yang dipersepsikan mahal, maka kami sudah tidak berada
di “relung” atau Nice yang sama dengan yang selama ini kita masuki. Kami telah
memasuki Nice yang baru sama sekali sehingga membutuhkan beberapa penyesuaian.
Ada dua cara yang bisa kami lakukan untuk mengatasinya, yaitu
segera menyesuaikan dengan relung atau nice baru yang itu, atau menyelesaikan
masalah internal sehingga kita bisa lebih fleksible dalam menentukan harga.
Usulan saya yang tidak sama dengan pemikiran team, segera
mendapat perlawanan. Saya dianggap “berpikiran negatif” dan itu bisa menghambat
semangat dan kinerja team. Beberapa teman bahkan memberikan contoh kepada bos,
bahwa dia pernah menjual produk kami dengan harga yang lebih mahal dari price
list. Teman tersebut memberikan
ilustrasi bahwa penjualan tidak berhubungan dengan harga, tetapi tergantung
dari pendekatan kepada pelanggan.
Sayangnya pendapat ini tidak ditunjang dengan bukti di
lapangan, ketika menghadapi permasalahan krusial yang sedang kami hadapi. Hanya
sekedar retorika di atas kertas. Itulah sebabnya saya mengajak mereka untuk
berpikir di luar konteks yang sedang mereka pikirkan saat itu.
Pendapat beberapa teman memang ada benarnya. Ketika dalam
tahap pelaksanaan, kita harus menggunakan segenap cara untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan kepada kita. Tetapi pada waktu itu saya mengingatkan
kepada team, bahwa dalam tahap eksplorasi, penyusunan strategi, perencanaan dan
ketika menghadapi masalah, pikiran kita harus terbuka terhadap segala kemungkinan.
Dan ketika strategi dan rencana sudah ditetapkan, baru kita laksanakan dengan
segenap kekuatan dan pikiran positif kita.
Ketika team tetap mempertahankan konteks berpikir lama, dan
tidak mengantisipasi perubahan yang jamak terjadi di dunia bisnis, maka lawan
yang lebih fleksibel dan lebih cepat manuvernya yang akan memenangkan persaingan. Itulah sebabnya kita harus memiliki keberanian untuk berpikir di luar konteks yang selama ini kita lakukan. Dengan berpkir out of the box, kita akan memiliki lebih banyak alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Salah satu cara untuk
mendapatkan kekuatan berpikir ini adalah, keberanian untuk melakukan
instrospeksi diri. Menurut SunTzu,
pasukan yang mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan maupun diri sendiri akan
memenangkan pertempuran. Mengetahui kemampuan dan kelemahan lawan dapat kita
lakukan dengan melakukan penyelidikan terukur seperti yang saya lakukan untuk
mengetahui seberapa besar omset lawan. Kemampuan kita untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri, dapat kita lakukan dengan melakukan instropeksi diri dengan
mengfidentifikasi kekuatan dan kelemahan kita.
Tetapi ketika instropeksi ini terus terusan kita lakukan,
maka fokus kita pada pelaksanaan menjadi terhambat. Faktor instropeksi yang
dilakukan secara terus menerus inilah yang membuat rantai pengambilan keputusan
dalam perusahaan kami menjadi tidak fleksibel. Itulah sebabnya seorang manager
keuangan bisa menghentikan keputusan direksi hanya karena sedikit kerugian,
padahal kerugian yang sangat kecil itu bisa tertutup dengan keuntungan yang
jauh lebih besar. Ini disebabkan karena perusahaan menerapkan kontrol yang
berlebihan terhadap setiap manuver bisnis yang dilakukan.
Jadi kita harus mampu menerapkan cara berpikir yang tepat pada
konteks yang tepat pula. Kapan harus optimis, kapan harus out of the box, dan
kapan harus instropeksi. Instropeksi diri yang kita anggap sebagai sesuatu yang
baik demi perbaikan yang terus menerus pun bisa merugikan perusahaan. Saat instropeksi diri dilakukan dengan terus
menerus maka kecepatan kita dalam menyelesaikan masalah menjadi berkurang
dengan drastis.
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "BERPIKIR OUT OF THE BOX"