MEMAHAMI PARADOX - JURUS DALAM MENGHADAPI PENYESATAN PIKIRAN
MEMAHAMI PARADOX - JURUS DALAM MENGHADAPI PENYESATAN PIKIRAN
Kemarin saya telah membahas tentang komunikasi Yin Yang, di
mana saya bercerita tentang paradox. Yaitu ketika kejadian yang sama bisa
dimaknai secara berbeda.
Ini adalah celah di mana pikiran anda bisa dimanipulasi untuk kepentingan yang merugikan anda. Itulah sebabnya saya merasa perlu untuk membahas jurus penangkalnya 😊
Segala sesuatu sebenarnya bebas dari makna. Ketika muncul "keinginan”
pada diri manusia, maka akan muncul pula pemaknaan dari kejadian itu,
tergantung kepentingannya.
Itulah sebabnya setiap kejadian bisa dimaknai apa saja.
Dengan memberi makna dari sudut pandang tertentu, dibumbui dengan manipulasi
data, pikiran kita bisa diintrvensi. Contohnya adalah dengan menggunakan jurus
Yin Yang seperti yang saya ceritakan dalam tulisan saya kemarin.
Jika anda sudah memahami jurus itu, maka anda akan tahu
bahwa pikiran memiliki kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain agar
mengikuti pendapatnya. Walaupun pendapatnya itu merugikan anda, tanpa anda
sadari.
Oleh sebab itu anda harus memiliki jurus penangkal, agar
tidak dimanfaatkan orang lain untuk sesuatu yang merugikan anda. Caranya adalah
dengan cara berpikir berbasis outcome.
PARADOX
Dunia penuh dengan paradox. Yang kelihatan baik belum tentu
baik, yang kelihatan buruk belum tentu buruk. Untuk bisa melihatnya, anda harus
bisa berpikir tentang segala kemungkinan atas hasil akhir dari suatu proses
atau kejadian.
Agar lebih sederhana, perkenankan saya menggunakan metafora,
tentang fungsi utama dari rem pada kendaraan anda. Jika ada yang bertanya
kepada anda, apa fungsi dari rem pada kendaran bermotor, apa jawaban anda? Fungsi rem itu memperlambat kendaraan anda, atau
justru mempercepat?
Karena bisa memperlambat atau membuat kendaraan berhenti,
maka banyak orang yang menjawab bahwa rem berfungsi untuk memperlambat
kendaraan. Jawaban ini secara logis tentu saja benar dan disa dibuktikan dengan
jelas mekanismenya.
Masalahnya berpikir logis itu bersifat linier dan bertahap. Jika
anda berpikir secara linier untuk memahami suatu proses, seringkali anda akan
terjebak pada kesimpulan di tahap awal. Dalam contoh di atas, karena rem bisa
memperlambat dan menghentikan kendaraan, maka kesimpulannya adalah rem
berfungsi memperlambat laju kendaran anda.
Apakah benar seperti itu?
Mari kita lihat ilsutrasinya. Jika seseorang naik sepeda
motor dari rumah ke kantor sejauh kurang lebih 5 kilometer, lebih cepat mana
ketika sepeda motor itu remnya berfungsi atau ketika remnya tidak berfungsi?
Saya yakin, ketika tidak menggunakan rem, dia akan tiba ke kantor lebih lambat
dibanding jika sepeda motornya remnya befungsi.
Mengendarai sepeda motor tanpa
rem membuatnya tidak akan berani mengendarainya dengan kecepatan tinggi.
Artinya, tanpa rem, justru sepeda motornya akan melaju lebih lambat dibanding
ketika remnya berfungsi.
Jadi maksud dipasangnya rem di kendaraan bermotor anda
adalah untuk membuatnya bisa melaju lebih cepat dan lebih cepat pula sampai
tujuan, bukan untuk memperlambat.
Inilah yang dinamakan paradox. Yang kelihatannya menghambat
laju kendaraan, justru efek utamanya adalah mempercepat. Memahami paradox hanya
dapat anda lakukan dengan cara berpikir berdasarkan apa tujuan dari proses yang
sedang berjalan. Yaitu cara berpikir yang berbasis outcome.
BERPIKIR BERBASIS OUTCOME
Berbasis outcome, bisa membiat anda berpikir lebih jernih
dan integral. Cara berpikir ini tidak parsial atau sepotong sepotong. Dengan
cara berpikir ini anda bisa melihat proses secara menyeluruh, mendapatkan garis
besar tentang apa yang akan terjadi jika anda melakukan sesuatu, atau melakukan
intevensi terhadap proses yang sedang terjadi.
Ketika anda memasang kuda kuda yang kokoh dalam jurus bela
diri anda, maka anda menjadi tidak mudah untuk dijatuhkan. Tetapi posisi kuda
kuda anda membuat anda tidak bisa bergerak leluasa dan mudah diserang.
Ketika anda berlari dengan kecepatan tinggi, maka anda akan
lebih cepat untuk mencapai tujuan. Tetapi anda akan mudah kehabisan tenaga,
sehingga tidak bisa menempuh jarak yang lebih jauh.
Ketika anda mendidik anak dengan disiplin yang tinggi,
seringkali dipahami sebagai pengekangan terhadap anak. Bahkan anda bisa dituduh
kejam dan tidak menyayanginya. Padahal dengan disiplin yang tinggi, anda membentuknya
menjadi orang yang lebih berkarakter dan bisa menghadapi kehidupan dengan lebih
baik.
Ketika kepala daerah menerapkan kebijakan dengan cara “memberikan
uang” kepada golongan tidak mampu, maka kebijakan ini akan menuai banyak sekali
pujian dan dukungan. Di sisi lain biaya “hibah” yang dialokasikan untuk
kebijakan ini terkadang memotong pos pos lain yang dampaknya justru menimbulkan
kerugian pada masyarakat yang lebih luas lagi.
Itulah paradox. Dengan memahami paradox, kita bisa memahami
dunia dengan lebih baik.
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "MEMAHAMI PARADOX - JURUS DALAM MENGHADAPI PENYESATAN PIKIRAN"