KONG BENG YANG MATI MENGALAHKAN ZHONG DA YANG HIDUP
KONG BENG YANG MATI MENGALAHKAN ZHONG DA YANG HIDUP
Zuge Liang adalah seorang pakar strategi militer yang sangat
terkenal pada era Tiga Kerajaan di china kuno ( 220 – 280 AD). Beliau adalah
perdana menteri kerajaan SHU dengan Raja Shu pada waktu itu adalah Liu Bei.
Nama aslinya adalah Zhuge Kongming, tetapi karena kehebatannya dia mendapatka
julukan Wolong, alias Naga Tidur. Sedangkan warga Tionghoa di Indonesia lebih
mengenalnya sebagai Cukat Liang atau Kong Beng.
Sebelum Liu Bei wafat, beliau berpesan kepada Zhuge liang
agar mengambil alih kekuasaan jika anaknya Liu Chan ternyata tidak mampu
mengendalikan kerajaan. Walaupun kemudian terbukti Liu Chan tidak cakap dalam
memegang pemerintahan, ketika Liu Bei wafat, Zhuge Liang tidak mengambil alih
kekuasaan.
Untuk menyatukan seluruh daratan Tiongkok dan menghentikan
permusuhan antar berbagai kerajaan kecil yang ada, Kerajaan Shu harus
manakhlukkan kerajaan Wei. Maka pada tahun 234 AD, beliau mengadakan ekspansi
militer ke negara Wei dan berhadapan dengan pasukan yang dipimpin oleh Shima
Yi. Pada waktu itu Zhuge Liang dalam keadaan sakit, sehingga akhirnya meninggal
dunia di kemah pasukannya.
Sebelum meninggal, beliau memilih Jiang Wei sebagai
penerusnya. Kepada Jiang Wei dia berpesan agar dia merahasiakan kematiannya,
jika dia meninggal dunia karena sakitnya itu. Sampai pasukan berhasil mencapai lembah
baoye dan kembali ke Hanzhong.
Pada waktu itu pasukan Zhuge Liang sedang dalam kesulitan
logistik, karena terlalu jauh memasuki wilayah lawan. Shima Yi paham betul
dengan kondisi lawannya itu, sehingga menggunakan strategi bertahan, untuk
mengulur waktu dan menghabiskan persediaan makanan pasukan Zhuge Liang.
Untuk memancing pasukan Shuma Yi keluar sarangnya, berbagai
strategi provokasi telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengirimkan “pakaian
wanita” kepada Shima Yi agar dia terhina karena dianggap sebagai tentara yang
pengecut.
Sayangnya Shima Yi paham betul dengan strategi ini sehingga
justru memakai pakaian wanita itu di hadapan utusan Zhuge Liang yang
membawanya. Sikap Shima Yi ini dilakukan untuk menteror mental Zughe Liang, dan
menunjukkan bahwa pasukan Shima Yi tidak bisa dipancing keluar.
Sampai kemudian Zhuge Liang benar benar wafat. Wafatnya
Zhuge liang tentu akan memberikan pukulan mental yang berat bagi pasukannya,
dan memperkuat mental pasukan musuhnya. Mengetahui wafatnya Zhuge Liang, Shima
Yi segera melancarkan serangan besar besaran ke kubu pasukan Shu.
Tetapi di tengah serbuan pasukannya, Shima Yi melihat Zhuge
Liang berada di atas keretanya lengkap dengan pakaian kebesarannya. Tentu dia
sangat khawatir, bahwa kematian Zhuge Liang adalah strategi untuk memancingnya
keluar dan mengalahkannya. Dan sebagai ahli strategi yang hebat, Zhuge liang
pasti sudah menyiapkan jebakan di belakangnya.
Yang dilihat Shima Yi sebenarnya adalah patung kayu yang
sudah disiapkan menjelang wafatnya Zhuge liang. Karena tipuan itu, shima Yi
tidak berani menyerang lebih jauh. Akibatnya pasukan Kerajaan Shu berhasil
mencapai lembah Baoye dan kembali ke hanzhong, pusat kerajaan Shu.
Cerita tentang Shima Yi yang ditipu oleh patung kayu itu
menjadi terkenal sampai sekarang. Menjadi legenda dan cerita rakyat, Zhuge
Liang yang sudan meninggal menakuti Zhong da yang hidup. Zhong Da adalah nama
kehormatan dari Shima Yi.
Itulah kehebatan Zuge Liang. Walaupun Dia sudah wafat, masih
bisa menyusun strategi untuk menyelamatkan pasukannya dari sergapan musuh.
Cerita tentang kesaktian Zhuge Liang yang bisa menyelamatkan
pasukannya ketika sudah wafat, ternyata tidak berhenti di situ saja. Menjelang
wafatnya beliau memanggil penasehatnya dan mengatakan bahwa 100 tahun setelah
wafatnya, akan ada seorang jendral perang yan akan berlutut di hadapan
makamnya. Jendral itu disebutnya telah berhasil memenangkan ratusan pertempuran
tanpa pernah kalah.
Pada suatu hari, seorang jendral perang yang telah
memenangkan ratusan pertempuran tiba di desa di mana Zhuge Liang dimakamkan.
Mendengar legenda dan cerita rakyat tentang apa yang diucapkan Zhuge Liang
seratus tahun yang lalu, Sang Jendral menjadi sangat penasaran. Dengan ditemani
ratusan tentara, dan memakai baju perangnya, dia mendatangi makam Zhuge Liang.
“Saya sudah memenangkan berbagai pertempuran, untuk apa
harus berlutut di hadapan orang yang sudah meninggal dunia,” begitu
sesumbarnya. Dan, ketika sang jendral sudah ada di depan makam, tiba tiba dia
benar benar berlutut.
Ternyata sebelum meninggal, Zhuge Liang telah memerintahkan
orang untuk meletakkan batu besar berwarna hitam di bawah makamnya. Batu hitam
itu kita kenal sebagai magnetit yang sangat kuat menarik besi yang ada di
dekatnya. Itulah sebabnya Sang jendral menjadi berlutut di hadapan makamnya,
karena baju perang yang dipakainya terbuat dari besi.
Zughe Liang sangat ahli dalam mengenali pikiran manusia
dengan sangat teliti. Beliau paham betul tentang pentingnya mengetahui pola
pikir dan motivasi dari musuh maupun pasukannya. Dan menggunakan pemahaman itu
untuk mewujudkan tujuannya.
Demikian juga ketika ketika kita menghadapi kehidupan, baik
dalam bisnis, sosial, dunia kerja maupun interaksi kita dengan orang orang yang
ada di sekitar kita. Dengan memahami apa yang mereka pikirkan, dan mengetahui
bagaimana cara pikiran mereka maupun pikiran kita sendiri bekerja, maka kita
akan lebih siap dalam menghadapi dunia kita.
Tidak hanya keahlian fisik saja yang diperlukan untuk
menghadapi dunia, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana otak kita bekerja.
Agar kita selalu berada dalam kondisi fisikal dan psikologi yang ekselen, dan
siap menanggapi segala hal yang terjadi dengan sebaik baiknya.
Begawan Tung
begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "KONG BENG YANG MATI MENGALAHKAN ZHONG DA YANG HIDUP"