BRAND DALAM POLITIK


BRAND DALAM POLITIK


Pada suatu ketika terdapat perubahan kebijakan “pricing” pada produk di perusahaan kami. Harga produk yang biasanya lebih murah dibanding salah satu rival, kini menjadi sama, atau bahkan lebih mahal.

Rival kami itu memiliki brand yang kuat di mata customer sebagai produk yang canggih dan buatan eropa. Para Customer membandingkan produk rival kami bagaikan Mobil Mercy, sedangkan produk kami seperti Mobil Toyota.

Perubahan kebijakan harga yang dilakukan oleh perusahaa kami segera mendapat reaksi dari pasar. Banyak Clien kami, terutama yang baru saja terjun ke bisnis pertambangan, keberatan dengan harga yang kami tawarkan. Lebih baik mereka beli priduk rival, jika harga yang kami tawarkan sama dengan produk mereka. Katanya,”lebih baik beli mercy daripada Toyota, jika harganya sama.

Selama ini, produk kami memiliki brand yang cukup kuat di mata clien clien kami. Di mata mereka, produk kami dianggap handal dan harga terjangkau.

Perubahan harga yang dilakukan perusahaan kami sebenarnya dilandasi alasan yang kuat. Produk kami memang sedang bergerak ke arah High Tech (Teknologi tingkat tinggi) dengan kualitas prima. Produk tidak “diproduksi di china” tetapi diproduksi di Jepang.

Ketika menghadapi situasi ini, pasar tradisional kami yaitu perusahaan perusahaan besar di bidang pertambangan mulai meninggalkan produk kami. Pelan tapi pasti, mereka mulai bergeser ke produk rival kami. Sedangkan pasar kedua kami di bidang konstruksi mulai pindah ke produk rival yang lebih murah, tetapi dipersepsikan setara dengan produk kami.

Dalam kondisi seperti ini, kami menyarankan kepada perusahaan agar memberikan keleluasaan kepada Divisi kami untuk memperkuat “Services”. Dan pelan pelan merubah “Brand Image” sebagai produk yang “Murah tetapi handal” menjadi produk “ Teknologi tinggi dengan kekuatan di services”.

Sebagai contoh kami menceritakan tentang kehebatan jaringan pemasaran perusahaan komputer bermerk DEL. Dengan harga yang lebih tinggi dari pesaing, Del mampu bersaing dengan rival rivalnya. Hal ini disebabkan karena Del memiliki kekuatan services yang luar biasa.

Sayang “bos besar” membuat berbagai kebijakan yang mempersulit kami untuk meningkatkan kekuatan services. Birokrasi yang berlapis lapis membuat Divisi tidak leluasa menentukan kebijakan. Dan pelan pelan pasar kami diambil alih oleh beberapa perusahaan kecil yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Hal ini karena kami gagal merubah membentuk Brand Image baru yang sesuai. Seharusnya kami bergerak dengan brand image baru yaitu “Produk High Tech dengan service yang kuat dan dapat diandalkan”. Tetapi Brand image kami di mata pasar menjadi “produk mahal”.

Perubahan Brand Image yang tidak tertangani dengan baik bisa menjadi bencana bagi sebuah bisnis.

Teryata tidak hanya bisnis yang membutuhkan Brand Image. Di jaman perang 3 negara di negeri tiongkok, seorang tokoh bisa bergerak dari “tidak punya dukungan” hingga menjadi seorang Raja yang sagat berpengaruh. Hal ini karena dia dipersepsikan sebagai tokoh yang baik dan jujur, dan mencintai rakyatnya. Hal ini mengakibatkan banyak “tokoh hebat” berdiri di belakangnya.

Dalam hal ini brand image dari Liu Bei adalah Baik, Jujur dan mencintai rakyatnya.

Cao Cao, tokoh lain dari perang 3 negara dipersepsikan sebagai orang yang “Hebat dan menghargai bakat”. Hal ini juga membuat banyak tokoh tokoh hebat yang mendukungnya.

Di suatu negeri ada juga tokoh yang dipersepsikan “merakyat”. Berbeda dengan Liu Bei yang gagah dan tenang, atau Cao cao yang “Kuat dan Cerdas”.  Tokoh yang satu ini terkesan sangat lugu.

Sebelum diangkat menjadi raja, tokoh itu terkesan sangat arif dalam mendengar aspirasi masyarakat. Konon dia pernah berjanji akan selalu menghargai kritik kritik yang ditujukan kepadanya. Bahkan di awal kekuasaannya, dia selalu “memaafkan” orang orang yang mengkritiknya.

Tiba tiba saja, dia sangat takut dengan aspirasi yang bertentangan dengan keinginannya.Bahkan kaos pun dikritisinya. Hanya karena digunakan untuk menyampaikan aspirasi.

Jika itu diteruskan, apalagi disertai dengan penangkapan penangkapan terhadap orang yang menentang kebijakannya, dengan teknik kriminalisasi. Maka Brand Image yang disandangnya akan berubah. Dari seorang pemimpin yang “merakyat” menjadi pemimpin yang  “........”.


Begawan Tung
Begawantung.blogspot.com




Posting Komentar untuk "BRAND DALAM POLITIK"