OTHAK ATHIK GATHUK
OTHAK ATHIK GATHUK
Mengapa penginderaan jauh bisa dipakai untuk membantu
penemuan situs situs arkeologi? Apakah artefak artefak yang berkaitan dengan situs
arkeologi bisa “terlihat” dari pesawat udara atau satelit melalui deteksi
optisnya?
Tentu saja tidak, karena sebagian besar artefak sudah
tertutup tanah bahkan di bawah tutupan rindangnya pepohonan. Tetapi pola “geometris”
yang terlihat dari citra penginderaan jauh bisa digunakan sebagai alat untuk
memperkirakan sebuah situs. Tentu saja
untuk memastikan harus dilakukan penggalian yang detail. Tetapi dengan mengetahui
polanya, minimal kita bisa mengetahui posisi dan keberadaannya.
Manusia dibekali dengan kemampuan untuk memahami sebuah
pola. Di mana pola akan menunjukkan adanya “sistem” yang mempengaruhi adanya
pola tersebut. Dan jika kita mengetahui sitem yang mempengaruhinya, kita bisa
memperkirakan suatu entitas dari pola yang dihadirkannya.
Sebuah pola tertentu yang teratur, hanya akan terjadi karena “pengaruh”
tertentu. Jika Tingkat keteraturannya sangat tinggi, maka kemungkinan
terjadinya secara acak, sangatlah jarang. Dalam ilmu statistik dikatakan bahwa
probabilitasnya sangat kecil.
Sebuah pola dengan tingkat probabilitas yang sangat kecil
tetapi muncul dengan frekwensi “jauh lebih banyak” dari probabilitasnya, menujukkan
adanya sistem yang mempengaruhinya. Adanya sistem menunjukkan adanya “informasi”
yang mempengaruhi terjadinya suatu sistem.
Itulah sebabnya dengan memahami sebuah pola, kita bisa
mengidentifikasi suatu sifat dari suatu entitas. Sebagai contoh adalah tingkat “keindahan”
suatu bentuk sangat dipengaruhi oleh angka 1,618...... (angka di belakang koma
tidak terbatas/ bilangan repeten). Angka itu kemudian dikenal sebagai goldend
Ratio.
Banyak teman teman kita yang menemukan suatu pola yang
sangat significan pada suatu hal. Contohnya adalah pola geometri candi
borobudur, pola “freqwensi” gelombang kawasan tertentu, tetapi segera disergap
dengan celaan sebagai hasil “othak athik gathuk”.
Sedangkan pola yang ditemukan “dunia barat” segera diakui
kehebatannya. Jika saja kita “jujur” untuk menilai tanpa dilandasi tendensi “meremehkan
karya bangsa sendiri” mungkin banyak “temuan temuan” yang lahir dari anak anak
bangsa.
Mengapa?
Karena kita bukan bangsa yang biasa bisasa saja. Buktinya,
anak anak indonesia selalu memenangkan Olimpiade Matematika, mulai dari juara
umum, juara 1,2,3 hingga juara favorit, sejak tahun 1962, hingga sekarang.
Anda bisa membuktikannya dengan
mengunjungi Gedung Kementrian Pendidikan Nasional. Anda bisa melihat foto foto
bagaimana anak anak Indonesia memenangkan Olimpiade Marematika, Fisika dan
Kimia sejak tahun 1962.
Sungguh prestasi yang luar biasa dahsyat, yang menunjukkan
bahwa bangsa kita memiliki kualitas berpikir yang hebat. Sayang, prestasi yang
seperti ini seolah “tidak terdengar” karena tidak disosialisasikan dengan baik.
Sehingga tahunya, sumberdaya manusia kita adalah biasa biasa saja. Padahal
faktanya adalah tersimpan kemampuan yang hebat pada sumberdaya manusia kita.
Jadi, jika ada yang menemukan sesuatu berdasar “pola
tertentu” jangan segera anda remehkan dengan kata “OTHAK ATHIK GATHUK”. Hargai
pemikiran anak bangsa dengan semestinya. Jila mau menyanggah, sanggahlah dengan
kaidah kaidah “ilmiah” yang memadai. Bukan hanya “mentertawakan” saja dengan
satu patah kalimat “tidak mungkin”.
Sanggah logika dengan logika, data dengan data, dan sanggah
pola dengan pola. Kita kembalikan Jati diri bangsa kita yang sebenarnya. Bukan
yang dihembuskan bangsa lain yang tidak menghendaki kita untuk maju.
Posting Komentar untuk "OTHAK ATHIK GATHUK"