DETEKSI KEBOHONGAN
DETEKSI KEBOHONGAN
Pakar bahasa tubuh telah mengidentifkasi beberapa
postur/gestur dan gerakan manusia untuk mengenali kebohongan. Tangan yang masuk
ke saku, melipat tangan, tidak berani menatap muka dll, dianggap sebagai ciri
ciri kebohongan.
Perilaku yang sering dilakukan, menurut penelitian akan menjadi
kebiasaan. Itulah sebabnya kebiasaan memasukkan tangan ke saku, atau melipat
tangan sering dikaitkan dengan orang yang sering berbohong.
Apakah bisa dipastikan bahwa orang yang suka memasukkan
tangan ke dalam saku adalah orang yang suka berbohong? Tentu saja tidak. Inferiority, proteksi diri yang berlebihan,
dll bisa saja membuat seseorang suka memasukkan tangannya ke dalam saku. Atau
dia menganggap itu adalah gaya yang “keren” sehingga dia sering melakukannya.
Yang jelas, ketika orang sering melakukanya, maka akan semakin “mudah” dia
melakukannya.
Mengkaitkan gestur sebagai cara untuk mengidentifikasi
kebohongan juga tidak bisa dilakukan tanpa dikaitkan dengan faktor faktor yang
lain. Belum tentu, ketika orang memasukkan tangannya ketika bertemu dengan
kita, maka ada “sesuatu” yang disembunyikannya. Bisa jadi itu disebabkan karena
udara yang dingin, atau memang sudah menjadi kebiasaan dia sehari hari.
Artinya, dibutuhkan “seni” dan “jam terbang” untuk menggunakan bahasa tubuh
sebagai cara untuk membaca pikiran orang lain.
Ada hal penting yang wajib kita ketahui berkaitan dengan
kebohongan. Yaitu, pada dasarnya semua orang tidak suka dengan kebohongan.
Mereka tidak suka berkata, melihat atau mendengar sesuatu yang bersifat bohong.
Itulah sebabnya seorang anak akan segera “menutup mulutnya” dengan tangannya seketika
setelah berbohong. Itu adalah bukti bahwa setiap manusia tidak menyukai
kebohongan, bahkan kebohongan yang dilakukannya sendiri.
Kebiasaan anak untuk menutup mulutnya ketika berbohong,
tentu tidak terbawa sampai dewasa. Ketika mereka sudah bisa mengendalikan
perilakunya, kebiasaan menutup mulut sesaat setelah berkata bohong tidak
dilakukannya lagi. Tetapi “perilaku” ini masih ada dalam bawah sadarnya, tetapi
dilakukannya dengan cara yang lebih halus, dengan hanya “menyentuh” wajah
sekitar mulutnya. Termasuk menyentuh “tipis” hidungnya selepas berbohong.
Ada lagi perilaku yang lain yaitu menyentuh telinga atau
mata. Karena pada dasarnya orang tidak suka mendengar maupun melihat
kebohongan, maka ketika berbohong, beberapa orang terkadang menyentuh tipis
telinga atau matanya. Itulah sebabnya gerakan menyentuh wajah sering dikaitkan
dengan kebohongan.
Tetapi tidak dapat dipatikan bahwa yang menyentuh wajahnya
ketika bicara pasti bohong. Bisa saja dia merasa malu, tidak nyaman
mengatakannya, atau gatal dll. Banyak kemungkinan yang harus dipertimbangkan.
Dan semua itu membutuhkan seni dan “jam terbang”.
Tetapi secara umum, kebiasaan sering menyentuh “muka” ketika
berbicara, membuat seseorang “dikira” suka berbohong. Apakah benar begitu? Silahkan
membuktikan sendiri.
Seperti yang sering dikatakan Bapak Saya ketika “membaca”
seseorang atau situasi, dan saya meragukan bacaannya, beliau selalu mengatakan
kepada saya,”Titenono wae”. Artinya, amati dengan cermat polanya, dan buktikan
sendiri.
Begawan Tung
Posting Komentar untuk "DETEKSI KEBOHONGAN"