JEJAK DAN TANDA


JEJAK DAN TANDA



Ketika saya membimbing adik adik Mahasiswa, ada pertanyaan cerdas  yang diajukan. Pada waktu itu kami berada di Kecamatan Nglipar Gunung Kidul. Kami berdiri di atas  “Gunung Api Purba” yang tentu saja sudah tidak terlihat sebagai sebuah gunung api.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengetahui  bahwa itu adalah bekas  Gunung api?

Untuk memancing kreativitas mereka, sebelum menjawab  pertanyaan itu, saya bertanya balik. Bagaimana kita tahu, bahwa di sebuah sudut bangunan di pinggir  jalan  sering dipakai orang untuk “buang air Kecil”.

Mereka menjawab, dari “baunya”. Betul, setiap kejadian pasti menonggalkan jejak. Dengan mempelajari Intensitas dan pola dari jejak yang ditinggalkan, kita bisa ,mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.

Ketika memahami suatu lahan atau medan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu, dibutuhkan ilmu yang mirip dengan ilmu forensik.  Dalam forensik kita harus mengetahui factor diagnostic  untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.  Faktor Faktor diagnostic  dalam  Ilmu Geomorfologi adalah Origin (asal usul), Topografi, struktur, proses, Stadia (berkaitan dengan umur/tahapan pembentukan) dan Lithologi (batuan).

Saya tidak bermaksud menjelaskan pajang lebar  tentang  ilmu Geomorfologi. Saya hanya menunjukkan bahwa, seorang ahli di bidang Geomorfologi bisa mengetahui sifat sifat suatu lahan dan potensi sumberdaya lahannya maupun potensi bencananya, hanya dengan melihat Bentuk lahannya saja. Karena dari bentuklahan ada suatu “pola” yang bisa “dibaca”.

Karena setiap “Kejadian” meninggalkan jejak dengan intensitas dan pola tertentu, maka sebenarnya kita bisa “membaca” setiap kejadian politik yang terjadi di Negeri ini.

Negeri kita dihuni oleh masyarakat yang  sangat  kental  dengan  toleransi. Beberapa konflik besar memang pernah terjadi, tetapi selalu bisa diatasi hanya dalam waktu beberapa tahun saja.  Bahkan seringkali selesai dalam hitungan hari. 

Sedangkan di “tempat lain” konflik yang ada bisa menjadi “perang saudara” yang berdarah darah. Dan tidak selesai hingga puluhan tahun.
Memang ada “narasi narasi” seolah olah ada kelompok yang “anti toleransi”.  Tetapi selama ini,  itu hanyalah tuduhan dari salah satu pihak saja, dan pihak yang dituduh justru seringkali menunjukkan  sikap “toleransi” dengan perbuatan perbuatan yang nyata.

Tuduhan terhadap kelompok tertentu itu seringkali ditandai dengan serangan atau persekusi. Dan dilihat dari polanya, dapat diuketahui bahwa itu adalah gerakan rekayasa. Jelas jelas gerakan untuk mengadu domba antar  masyarakat. Mereka  menginginkan terjadinya konflik horizontal.

Salah satu tanda adanya “rekayasa”  adalah keberhasilan “gerombolan” pengacau bisa memasuki BANDARA dengan membawa senjata tajam. Padahal Undang Undang di Negara manapun tidak akan memperbolehkan “orang orang sipil bersenjata” memasuki bandara. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan sudah direncanakan.

Masih banyak “tanda tanda” yang bisa kita baca. Jika kita jeli, maka akan terlihat, mana pihak yang “mengadu domba” dan pihak yang benar benar  serius menjaga Kesatuan Indonesia.

Jika kita tidak peka dengan tanda tanda, maka kita akan “terseret” arus adu domba. Di mana kita bisa menuduh prang yang mencintai Bangsanya justru sebagai anti NKRI.  Dan Kita bisa terjebak dengan memuja mereka yang  justru sedang berupaya membuat “perpecahan Bangsa”

Jadi, pelajari tanda, pola, dan jejak jejak yang tertinggal dari suatu peristiwa. Jadi kita bisa bertindak lebih hati hati untuk kepentingan bersama.

Begawan Tung
Begawantung.blogspot.com

Posting Komentar untuk "JEJAK DAN TANDA"