KERONCONG DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN
KERONCONG DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN
Di jaman
perjuangan kemerdekaan, keroncong telah dijadikan sebagai media perjuangan.
Keroncong terbukti sangat efektif dalam menyatukan “visi dan misi” perjuangan
pada waktu itu yaitu mencapai kemerdekaan untuk mewujudkan bangsa Indonnesia yang
berdaulat, adil dan makmur. Lagu lagu keroncong perjuangan pada waktu itu mempu
membangkitkan semangat juang yang
membara bagi antara para Pejuang Kemerdekaan.
Berkembangnya
budaya keroncong di nusantara dimulai dari kehadiran orang orang portugis dan
mencapai puncaknya pada waktu datangnya Enrique Leme tahun 1522. Enrique Leme
kemudian menjalin hubungan dengan
kerajaan Pajajaran di jaman Raja Surawisesa. Semenjak itu, banyak orang
Portugis yang bermukim di Sunda kelapa.
Orang orang
portugis berbaur dengan masyarakat setempat,
menikah dengan warga setempat dan menghasilkan masyarakat campuran
Indoporto. Hal itu kemudian menghasilkan alkulturasi budaya, termasuk budaya
keroncong di Nusantara. Gitar kecil dalam musik keroncong yang kita kenal sebagai
Cuk dan Cak, terinspirasi dari Cavaquinho,
alat music music Portugis. Cavaquinho
kini lebih dikenal sebagai ukulele dan berkembang di Hawai.
Walaupun terpengaruh
dari budaya Portugis, Musik keroncong tidak akan pernah anda jumpai di sana.
Musik keroncong sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sudah menjadi musik
khas Nusantara. Bukan musik khas Portugis.
Pada waktu
itu, musik keroncong dimodifiksi oleh orang orang “indo” menjadi lagu yang romantis.
Biasanya lagunya bersifat asmara untuk merayu “lawan jenis”. Semenjak
dinyanyikan oleh orang orang “Indo” maka
musik keroncong dulu dikenal sebagai lagu yang melankolis bernafaskan asmara
merayu.
Ketika Belanda
masuk dan berkuasa, orang orang portugis mulai meninggalkan Nusantara.
Keroncong menjadi lebih populair di Batavia. Musik keroncong sudah sudah
diwarnai oleh budaya dan bahasa Belanda, Melayu, Tiongha, Sunda dan Betawi.
Dari Batavia kemudian eroncong tersebar ke barbagai kota pelabuhan penting di
seluruh Indonesia. Sehingga di tahun
1920’an bermunculan kelompok musik keroncong di Batavia, Bandung, Surabaya, Yogyakarta
dan Solo.
Di tahun
1920’an, Musik keroncong masih dikenal sebagai “musik barat”, karena sebagian
pemainnya terdiri dari orang orang Belanda, terutama di Batavia dan Bandung dan
Surabaya. Anggapan musik Keroncong pada waktu itu sebagai musik “Barat” diperkuat
oleh perilaku pemainnya yang ekslusif. Dansa dansa, pesta pesta dengan disertai
minuman keras mengikuti musik musik keroncong yang mereka mainkan.
Tetapi
keroncong di Jawa tengah, seperti Semarang, Solo dan Yogyakarta, lebih beralkuturasi
dengan musik Gamelan. Fungsi dari alat
musik yang ada, diidentikkan dengan musik gamela. Contohnya, Bass identik
dengan gong, Cello identik dengan kendang, Gitar Biola suling, identik dengan
gambang dan rebab. Lagunya lebih tenang dan memugkinkan cengkok cengkok dalam
menyanyikan lagunya. Semenjak sat itu lahirlah keroncong yang dikenal sebagai Langgam (keroncong Jawa).
Semenjak
Kedatangan Jepang pada tahun 1942, dimulailah perkembangan baru di Nusantara,
termasuk perkembangan musik. Untuk
kepentingan politiknya, Jepang mulai mulai propaganda menaikkan harkat dan
martabat Rakyat Asia. Dengan alasan itu, semua budaya yang berbau barat harus
dihilangkan, termasuk musik musik barat. Semenjak saat itu, musik keroncong
mulai mendominasi dunia musik di Nusantara.
Tetapi
kebebasan berbudaya, termasuk musik sangat dibatasi. Pemerintah pendudukan Jepang
selalu mengawasi lagu lagu yang diciptakan dan apa maskud dari lagu itu. Karena
semua harus mencerminkan adat ketimuran dan cinta tanah air. Hal ini sesuai
dengan strategi politik Jepang untuk menghadapi Sekutu.
Semenjak
saat itu, musik keroncong berubah drastis sebagai musik yang mengedapankan
budaya adi luhung ketimuran. Musik keroncong manjadi lebih bermoral. Tidak ada
lagi nada nada asmara merayu. Tidak ada lagi pesta pesta dan dansa dansa dan
tidak ada minuman keras menyertainya. Musik keroncong berubah menjadi musik
yang agung hingga sekarang.
Kemudian
para pejuang kemerdekaan mulai merubah musik keroncong menjadi bernada patriotik
perjuangan yang menggambarkan perjuangan masyarakat Indonesia. Mulailah muncul
lagu bertemakan Nasionalisme dan Perjuangan melawan kolonialisme. Lagu lagu
itulah yang kemudian memotivasi dan membangkitkan semangat perjuangan rakyat
Indonesia. Lagu lagu itu kemudian disebarkan melalui radio dan diperdengarkan
di tempat tempat umum seperti pasar, pasar malam, stasiun dan pelabuhan.
BUDAYA
MENYATUKAN BANGSA
Sejarah
membuktikan bahwa budaya mampu menyatukan bangsa. Budaya keroncong membantu
menyatukan visi dan misi perjuangan kemerdekaan Indosesia. Persamaan yang membuat Rakyat bersatu melawan penjajah.
Persatuan yang menghasilkan Bangsa Indonesia yang Merdeka.
Mengingat
hal di atas, saya jadi berpikir. Mengapa
lagu lagu anak anak tiba tiba “lenyap” semenjak revolusi 98? Penyanyi anak terakhir
yang saya ingat di tahun 90’an adalah
Enno lerian dengan lagu “Si nyamuk yang nakal”. Sebuah lagu yang mendidik anak
anak agar menjaga kebersihan.
Apakah kita
sudah merasa tidak perlu “mendidik” anak anak kita?
Sementara
itu… lagu lagu untuk orang dewasa banyak dipenuhi dengan budaya hedonisme.
Quo Vadis
Musik Indonesia?
Begawan
Tung
Begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "KERONCONG DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN"