SEMAR PININGIT
SEMAR PININGIT
Digambarkan, sebelum Barata Yudha, Arjuna gamang menghadapi Kurawa karena mereka adalah Saudara saudartanya sendiri. Sri Khrisna sadar
sekali dengan psikologi ini. Beliau menyadarkan Arjuna dengan tugasnya sebagai
seorang ksatria, yang harus membela kebenaran. Walaupun yang
harus dihadapinya adalah saudaranya sendiri dari Wangsa Bharata
Perang Bharata adalah Kristalisasi dari polarisasi yang sangat kuat dan saling
berhadapan. Kalau tidak kiri, pasti kanan. Kalau tidak kanan pasti kiri. Yang kiri menganggap kanan yang salah, Yang
kanan menganggap kiri yang salah.
Tetapi di
dalam hati nurani mereka, sebenarnya mereka mengetahui mana yang salah dan mana
yang benar. Ego untuk berkuasa dan ego untuk ingin dibenarkan menutupi suara
nuraninya sendiri. Sehingga
salah satu dari mereka “membela kejahatan”. Entah karena tertipu oleh SERGAPAN
berita berita bohong dari media masa. Atau karena kepentingan sesaat atas
harta, Kekuasaan, atau hanya ingin sekedar dibenarkan saja.
Tetapi Sri Khrisna tahu bahwa perang Bhatara Yuda
memang harus terjadi. Perang untuk memurnikan peradaban, di mana KEBENARAN
HARUS UNGGUL ATAS KEJAHATAN.
Hegonomi
kebenaran atas kejahatan harus ditegakkan.
Dengan
penjelasan ini, Arjuna menjadi mantab jiwanya. Dan siap menghadapi panggilan
Jiwanya sebagai Ksatria yang HARUS
MEMBELA KEBENARAN.
Puluhan
ribu tahun kemudian, di sebuah Negara yang kaya raya, tetapi sebagian
besar penduduknya justru tergolong miskin . Bahkan gaji seorang “ELIT” sebuah perusahaan besar, masih
kalah jauh dengan gaji seorang LOPER KORAN di sebuah Negara yang selama ini “meremehkannya”.
Di sana,
polarisasi juga sedang kuat kuatnya. Antara yang jahat dan yang baik, tersamar
oleh GENDAM MAHA DAHSYAT yang dilancarkan musuh musuh mereka.
Di sana… antara
seorang ARJUNA dan RAKSASA tidak bisa dibedakan lagi. Tersamar oleh kabut yang
sangat pekat sehingga ,menghalangi PANDANGAN MATA nurani manusia.
Hingga pada
suatu saat…….
Higga pada
suatu saat….
Doa dari
para Pinisepuh berhasil membongkar Liputan kabut yang menyamarkan segalanya.
Arjuna yang sesungguhnya tampak dengan jelas, dan raksasa raksasa tidak bisa
menyembunyikan taring taringnya lagi.
Tetapi…
Tetapi…
Arjuna
negeri itu, sebagaimana Arjuna di jaman Bharata dulu, merasa Gamang. Bukan
karena harus menghadapi saudara saudara satu marga. Tetapi karena berhadapan
dengan KONSTITUSI.
Sampai pada
suatu hari, seorang SEMAR menyadarkannya. Sebagaimana Krisna di jaman Bharata
dulu menyadarkan Harjuna.
Begawan
Tung
Begawantung.blogspot.com
Posting Komentar untuk "SEMAR PININGIT"