SEPERTI NYANYIAN SUJIWO TEJO

 



SEPERTI NYANYIAN SUJIWO TEJO

Mengapa saya sering bercerita tentang kerajaan jaman dahulu? karena kita bisa belajar dari mereka. Sejarah itu ibarat laboratorium "alami" yang terbentang hingga ribuan tahun yang lalu. Menampilkan banyak sekali contoh contoh berbagai kejadian dan pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan negeri.

Kisah ini terjadi sudah lama, mungkin sudah lebih dari seribu tahun lebih yang lalu. Saya tidak tahu, apakah ini benar benar terjadi, atau sekedar mitos saja.

Anda tentu kenal dengan Candi Borobudur, yang melegenda hingga seantero dunia. Pada waktu itu, Banyak kerajaan dari berbagai negeri ingin memiliki tempat ibadah yang megah seperti Borobudur. 

Ada sebuah kerajaan yang benar benar menginginkan dibangunnya tempat ibadah yang besar di negerinya. Tapi apa daya, mereka tidak punya banyak sumberdaya untuk membangunnya. Mereka tidak punya "bahan bangunan" yang cukup dan ahli bangunan yang handal. Mereka harus mendatangkan semua itu ke negerinya agar bisa membangun bangunan sehebat Borobudur. Dan itu dibutuhkan banyak sekali uang untuk mewujudkannya.

Akhirnya, Para sesepuh dan pemuka masyarakat sepakat untuk memobilisasi dana dari masyarakat. Dikatakan, semakin banyak dana yang mereka serahkan ke panitia pembangunan Candi, semakin banyak "Kuota ibadah mereka" di candi tersebut. Artinya..yang lebih banyak setor dana, makin banyak kesempatan mereka beribadah di tempat itu.

Dan rakyaatpun menyambut dengan penuh semangat, karena sebagian besar mereka adalah manusia yang taat beribadah. Bertahun tahun mereka menyerahkan sejumlah dana ke panitia pembangunan rumah ibadah itu. Hingga pada suatu hari, panitia mengetahui bahwa uangnya sudah cukup untuk membangun candi semegah candi Borobudur.

Tetapi di saat yang sama, kerajaan mengalami krisis keuangan yang hebat. Karena terlalu bayuak melakukan ekspansi dalam pembangunan infrastruktur, kas pemerintah hampir kosong. Perdana Menteri memnggunakan uang kerajaan untuk pembangunan tanpa mempertimbangkan ketahanan ekonomi negeri. Ibaratnya lebih besar pasak daripada tiang.

Itulah sebabnya Kerajaan kemudian terpaksa harus berhutang, yang jumlahnya sangat fantastis. Utang yang cicilannya hampir sama dengan APBN negeri. Entah kapan bisa dilunasinya..

Dalam kondisi krisis itu, Ulama Kerajaan memaklumatkan, bahwa uang rakyat yang dikumpulkan untuk membangun candi harus "diserahkan" kepada negara. Tidak diambil alih, kata mereka. TEtapi "ditempatkan di proyek proyek infrastruktur" tentu dengan sharing yang adil, kata mereka.

Dengan ditempatkan di proyek proyek infrastruktur, uang mereka akan menjadi lebih berguna, karena akan dikelola dengan aman.

Dan rakyat pun bisa menerima penjelasan itu, karena itu artinya uang mereka aman aman saja, dan pembangunan Candi yang megah masih terus berjalan.

Tiba tiba saja. muncul maklumat dari pemerintah kerajaan, bahwa Pembangunan Candi "DITUNDA". Sampai kapan?

Hingga waktu yang tidak bisa ditentukan...

Rakyat kaget, rakyat resah...
Mereka mengumpat sejadi jadinya...

Bagaimana bunyi umpatannya?
Terus terang saya tidak paham bahasa mereka. Saya tidak bisa menirukan umopatannya...

Mungkun seoerti lagunya Pak Sujiwo Tejo: Jancox...Jancox...Jancox...  

Begawan Tung







Posting Komentar untuk "SEPERTI NYANYIAN SUJIWO TEJO"