Halaman

    Social Items


Pada suatu hari seorang adik angkatan saya di fakultas bertanya,"Mas, leher gunung api itu apa?".

Terus terang saya tidak bisa menjawab, karena saya belum pernah mendengar istilah itu. Tetapi dari "bayangan" yang saya dapat, saya mengira itu adalah bagian "leher" dari gunung api. Sayangnya, gunung api tidak punya kepala.. :)  Jadi mana ada lehernya...?

Karena saya mengajar di "kelas", tentu saya tidak boleh sembarangan menjawab, dan saya menjanjikan akan saya jawab pada pertemuan mninggu depan. Kemudian saya bertanya kepadanya, dari mana istilah itu beliau dapatkan.

Ternyata istilah "leher gunung api" dia dapatkan dari sebuah "buku terjemahan" yaitu sebuah buku dalam bahasa inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. 

Dalam buku itu, "Leher Gunung Api" diterjemahkan secara "ugal ugalan" dari Volcanic Neck. Andaikata dia sebut "Volcanic Neck" Ya saya langsung paham :). Kebetulan istilah Volcanic Neck memang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi ya kita serap begitu saja ke dalam Bahasa Indonesia.

Volcanic Neck adalah Magma yang menerobos "jalur" ke atas (menuju permukaan bumi) sehingga  membentuk leher yang memanjang ke atas.

Pada saat terjadi erosi, "penampakan leher" itu tersingkap ke permukaan, menjulang seperti tugu yang berdiri tegak.


MENTERJEMAHKAN KARYA TULIS HARUS MEMAHAMI PULA BUDAYANYA

Itulah kelemahannya, kalau membaca buku terjemahan. Seringkali apa yang dimaksud oleh "penulis buku" tidak bisa diterjemahkan dengan baik.

Pernah saya membaca sebuah buku terjemahan tentang geologi, tapi sayangnya tidak diterjemahkan oleh orang yang tidak mengerti geologi.

Volcanic Rock diterjemahkan sebagai Batu api, padahal seharusnya batuan beku. Dan masih banyak kerancuan kerancuan karena si penterjemah tidak memahami ilmu geologi.

Kata teman saya dari fakultas sastra, menterjemahkan sebuah karya sastra itu tidak sederhana. Karena selain menterjemahkan bahasa kata demi kata, anda juga harus menterjemahkan ideom ideom yang dipakai oleh penulis. 

Selain itu, untuk memaknai sebuah karya sastra anda harus juga paham budaya dan latar belakang pemikiran dari si penuliu.

BELAJAR AGAMA LEBIH BAIK ADA SANAD ILMUNYA

Ituleh sebabnya anda harus berhati hati ketika berusaha untuk memahami sebuah kitab suci. Anda harus memahami "Bahasa" yang digunakan pada masa itu, termasuk tata bahasa, peribahasa, ideom, juga budaya pada waktu itu.

Anda juga harus memahami "latar belakan" turunnya sebuah ayat pada kitab suci itu. Dan kalau bisa juga memahami "penafsiran" dari orang yang membawa risalah itu. Kalau atidak, maka dikhawatirkan, pemahaman kita akan jauh dari makna ytang dimaksud pada ayat suci tersebut.

Susah ya...

Kalau kesulitan, lebih baik mengikuti "penafsiran" Ulama yang benar benar belajar hingga tuntas tetntang suatu ilmu. Kalau istilah di pesantern, ikuti ulama yang memiliki sanad ilmu hingga ke Rosulullah Saw. 

Seperti ketika kita menyerahkan "perbaikan mobil" pada bengkel yang ahli, bukan kita kerjakan sendiri, padahal kita tidak mengetahui permasalahan mesin mobil dengan baik.


Begawan Tung 

begawantung.blogspot.com










SERAHKAN KE AHLINYA..


Pada suatu hari seorang adik angkatan saya di fakultas bertanya,"Mas, leher gunung api itu apa?".

Terus terang saya tidak bisa menjawab, karena saya belum pernah mendengar istilah itu. Tetapi dari "bayangan" yang saya dapat, saya mengira itu adalah bagian "leher" dari gunung api. Sayangnya, gunung api tidak punya kepala.. :)  Jadi mana ada lehernya...?

Karena saya mengajar di "kelas", tentu saya tidak boleh sembarangan menjawab, dan saya menjanjikan akan saya jawab pada pertemuan mninggu depan. Kemudian saya bertanya kepadanya, dari mana istilah itu beliau dapatkan.

Ternyata istilah "leher gunung api" dia dapatkan dari sebuah "buku terjemahan" yaitu sebuah buku dalam bahasa inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. 

Dalam buku itu, "Leher Gunung Api" diterjemahkan secara "ugal ugalan" dari Volcanic Neck. Andaikata dia sebut "Volcanic Neck" Ya saya langsung paham :). Kebetulan istilah Volcanic Neck memang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi ya kita serap begitu saja ke dalam Bahasa Indonesia.

Volcanic Neck adalah Magma yang menerobos "jalur" ke atas (menuju permukaan bumi) sehingga  membentuk leher yang memanjang ke atas.

Pada saat terjadi erosi, "penampakan leher" itu tersingkap ke permukaan, menjulang seperti tugu yang berdiri tegak.


MENTERJEMAHKAN KARYA TULIS HARUS MEMAHAMI PULA BUDAYANYA

Itulah kelemahannya, kalau membaca buku terjemahan. Seringkali apa yang dimaksud oleh "penulis buku" tidak bisa diterjemahkan dengan baik.

Pernah saya membaca sebuah buku terjemahan tentang geologi, tapi sayangnya tidak diterjemahkan oleh orang yang tidak mengerti geologi.

Volcanic Rock diterjemahkan sebagai Batu api, padahal seharusnya batuan beku. Dan masih banyak kerancuan kerancuan karena si penterjemah tidak memahami ilmu geologi.

Kata teman saya dari fakultas sastra, menterjemahkan sebuah karya sastra itu tidak sederhana. Karena selain menterjemahkan bahasa kata demi kata, anda juga harus menterjemahkan ideom ideom yang dipakai oleh penulis. 

Selain itu, untuk memaknai sebuah karya sastra anda harus juga paham budaya dan latar belakang pemikiran dari si penuliu.

BELAJAR AGAMA LEBIH BAIK ADA SANAD ILMUNYA

Ituleh sebabnya anda harus berhati hati ketika berusaha untuk memahami sebuah kitab suci. Anda harus memahami "Bahasa" yang digunakan pada masa itu, termasuk tata bahasa, peribahasa, ideom, juga budaya pada waktu itu.

Anda juga harus memahami "latar belakan" turunnya sebuah ayat pada kitab suci itu. Dan kalau bisa juga memahami "penafsiran" dari orang yang membawa risalah itu. Kalau atidak, maka dikhawatirkan, pemahaman kita akan jauh dari makna ytang dimaksud pada ayat suci tersebut.

Susah ya...

Kalau kesulitan, lebih baik mengikuti "penafsiran" Ulama yang benar benar belajar hingga tuntas tetntang suatu ilmu. Kalau istilah di pesantern, ikuti ulama yang memiliki sanad ilmu hingga ke Rosulullah Saw. 

Seperti ketika kita menyerahkan "perbaikan mobil" pada bengkel yang ahli, bukan kita kerjakan sendiri, padahal kita tidak mengetahui permasalahan mesin mobil dengan baik.


Begawan Tung 

begawantung.blogspot.com










Tidak ada komentar