Pada suatu hari, di di kawasan Bintaro, selatan Jakarta, seorang penduduk asli desa itu berkata,” Pak, dulu sungai itu lebar dan dalam airnya. Kami sering menjala ikan di sana.
Beliau berkata sambil menunjuk ke sebuah sungai kecil
yang melintas di daerah itu. Saya lihat,
bentangan medan yang seharusnya merupakan tubuh sungai, teras hingga tanggul
alamnya, sudah dihuni manusia. Sudah tidak tampak lagi ekologi sungai di sini.
Hanya bangunan rumah dan pekarangan yang tampak.
Pikiranku kemudian melayang ke nun jauh di sana, di
kawasan hulu pegunungan, yang sudah ramai dihuni manusia. Daerah yang dulunya
adalah kawasan hutan dan perkebunan, berubah menjadi kawasan permukiman dan
pertanian.
Anda mungkin bertanya,”So what gitu lho, memangnya kenapa?
KEMAMPUAN KAWASAN HULU SEBAGAI PENYANGGA SUMBERDAYA AIR
Hutan dan perkebunan, memiliki kemampuan menahan air
hujan, dan memasukkannya ke dalam tanah. Kita mengenalnya sebagai infiltrasi.
Kemudian air yang terinfiltrasi ke dalam tanah itu, akan
terus masuk ke dalam, dalam proses yang disebut perkolasi, hingga air hujan ini
masuk ke dalam “”permukaan Air bawah tanah” (Water table).
Air bawah tanah ini kemudian masuk ke sungai sungai, menjadi
aliran sungai yang stabil, dan mengalir sepanjang waktu. Mengalir terus, baik
musim kemarau maupun musim penghujan.
Hal ini tentu jauh berbeda ketika tidak ada tanaman yang
menahan air hujan untuk masuk ke dalam tanah. Air ini juga akan masuk ke dalam
sungai, tetapi melalui aliran permukaan (Run off).
Berbeda dengan air bawah tanah, yang mengalir perlahan ke
sungai, run off mengalir dengan cepat ke saluran dan sungai sungai. Akibatnya,
air ini menjadi “Debit banjir” yang sangat besar.
Air hujan, yang tidak ditahan oleh pepohonan, menjadi air
permukaan, menimbulkan banjir, terutama di daerah hilir. Dan air yang mengalir
ke permukaan ini, tidak masuk ke dalam tanah, tetapi langsung masuk ke sungai dan
ke laut. Aliran air jenis ini, tidak memiliki konstribusi terhadap air bawah
tanah.
Sedangkan air yang meresap ke dalam permukaan bawah
tanah, akan lama tersimpan di sana. Walaupun akhirnya masuk ke dalam sungai,
tetapi masuk secara perlahan lahan, dan masih tersedia hingga kemarau tiba. Dan
ketika musim hujan tiba, air bawah tanah kembali terisi. Demikian seterusnya,
sehingga ketersediaan air bawah tanah terus tersedia.
Dengan tersedianya air bawah tanah ini, sumur sumur
terjaga ketersediaan airnya. Sungai sungai mengalir sepanjang hari, menyediakan
sumberdaya air untuk pertanian, dan habitat ikan ikan serta biota sungai
lainnya.
BANJIR KIRIMAN DAN KEKURANGAN AIR
AKu kembali tersadar dari lamunanku, dan melihat sungai
kecil di depanku, dengan tanggul yang tinggi di sampingnya. Tanggul itu
dipergunakan untuk mencegah banjir di musim hujan. Karena debit banjir saat
hujan, sangat jauh lebih besar dibanding di saat kemarau tiba.
Tanggul buatan manusia itu memang bisa mengamankan daerah
sekitar dari banjir. Tetepi, bagaimana dengan daerah hilir? Ketika musim hujan
tiba, mereka menderita akibat banjir. Orang orang bilang itu adalah banjir
kiriman. Karena banjir ini terjadi, justru ketika wilayahnya tidak sedang
terjadi hujan. Air yang datang, dikirim dari daerah hulu, dari air hujan yang
jatuh di lahan yang secara ekosistem tidak mampu menahannya.
Saudara saudaraku semua tentu bisa membayangkan, sungai
yang empat puluh tahun yang lalu seluas puluhan meter, kini tinggal hanya
sekitar 2 – 3 meter saja. Jadi berapa besar kira kira kita kehilangan
sumberdaya air kita, di masa yang akan datang?
Jika dalam waktu sekitar 40 tahun, kehilangan sumberdaya
air terjadi sangat dahsyat, bagaimana dengan 30 – 40 tahun ke depan?
Maka, apabila tidak kita lakukan tindakan sama sekali,bisa
jadi, di masa yang akan datang, kita akan
mengalami kesulitan air. Seperti yang diramalkan para ahli selama ini.
Jika waktu itu tiba, apalagi untuk cuci mobil, buat mandi
pun mungkin kalian akan kesulitan.
Bagaimana nasib pertanian kita, cadangan makanan, industry
dll?
HIMBAUAN KEPADA OTORITA TERKAIT
Dalam kesempatan ini, saya menghimbau otorita terkait,
agar mulai memperhatikan perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan
kemampuannya.
Dan kita bisa mulai menanam pohon semampu kita, terutama
di daerah daerah “Recharge area”. Recharge area adalah kawasan di mana air
berpotensi masuk ke dalam tanah, dan mengalir ke bawah, menyediakan ketersedian
air tanah buat kita semua.
Biasanya area ini ada di kawasan pegunungan dan
perbukitan. Area ini menurut undang undang dilindungi agar lebih focus digunakan
untuk kawasan lindung dan perkebunan.
MARI KITA MULAI MENANAM POHON
Mari kita mulai menanam pohon, minimal di lingkungan kita
sendiri. Lebih prioritas tentu di kawasan hulu, perbukitan atau pegunungan.
Saya sendiri menanam biji pohon kelengkeng yang saya beli
dari super market. Katanya, biji biji yang sudah masuk almari es tidak bisa
ditanam. Tetapi saya nekat menanamnya. TEtapi sebelum menanamnya, saya rendam
biji biji kelengkeng itu (Setelah dibersihkan hingga tidak ada daging buah yang
melekat) ke dalam air yang dicampur rajangan bawang merah selama 1 jam.
2 minggu kemudian, mereka sudah tumbuh dengan baik,
seperti pada gambar.
Tidak ada komentar